7 Bahaya Vape untuk Paru-paru, Gak Main-main!

Meningkatnya popularitas vape atau rokok elektronik cukup dramatis, terutama di kalangan remaja.
Menurut survei dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 14,1 persen siswa sekolah menengah atas melaporkan penggunaan rokok elektronik pada tahun 2022. Angka ini menunjukkan peningkatan sejak tahun 2017, ketika 11,7 persen siswa sekolah menengah atas melaporkan penggunaan rokok elektrik saat ini.
Di Indonesia, menurut Global Adult Tobacco Survey 2021, 3,0 persen secara keseluruhan (6,2 juta orang dewasa), 5,8 persen laki-laki dan 0,3 pesen perempuan menggunakan rokok elektronik.
Vape sering dipasarkan sebagai versi merokok terbaru yang lebih aman. Dengan sedikitnya bukti ilmiah yang tersedia pada saat rokok elektrik diluncurkan sehubungan dengan risiko keselamatan dan kesehatannya, vaping menjadi versi merokok yang modern dan "sehat". Namun, kini berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaping membawa risiko kesehatan yang serupa dengan rokok tembakau.
Rokok elektronik mengandung dan mengeluarkan berbagai zat beracun dan menempatkan penggunanya serta orang-orang di sekitarnya pada peningkatan risiko berbagai kondisi kesehatan serius termasuk penyakit paru-paru.
Berikut ini akan dipaparkan apa saja bahaya vape untuk paru-paru kamu.
1. Kamu menghirup banyak bahan kimia
Kerja vaping mirip nebulizer yang sering digunakan oleh pasien asma atau penyakit paru-paru lainnya. Nebulizer mengubah obat cair menjadi kabut yang dihirup pasien. Ini merupakan cara efektif untuk mengantarkan obat ke paru-paru.
Alih-alih "memandikan" jaringan paru-paru dengan kabut terapeutik seperti pada nebulizer, vaping melapisi paru-paru kamu dengan bahan kimia yang berpotensi bahaya. Ramuan e-liquid biasanya mengandung cairan perasa, aditif aromatik, dan nikotin atau THC (bahan kimia dalam ganja yang menyebabkan efek psikologis), dilarutkan dalam cairan dasar berminyak. Para ahli menduga beberapa unsur minyak yang menguap masuk jauh ke dalam paru-paru dan menyebabkan respons peradangan, dilansir Johns Hopkins Medicine.
Zat yang banyak diteliti adalah vitamin E. Vitamin ini sering digunakan sebagai bahan pengental dan pengantar dalam e-liquid. Meskipun aman jika dikonsumsi secara oral sebagai suplemen atau digunakan pada kulit, tetapi kemungkinan besar ini dapat menyebabkan iritasi jika terhirup. Sudah ada kasus seseorang mengalami kerusakan paru-paru yang parah terkait vaping.
Zat umum lainnya yang ditemukan dalam e-liquid atau diproduksi saat dipanaskan juga dapat menimbulkan risiko bagi paru-paru. Ini termasuk:
- Diacetyl: Bahan tambahan makanan ini, yang digunakan untuk memperdalam rasa vape, diketahui merusak saluran kecil di paru-paru.
- Formaldehida: Bahan kimia beracun ini dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan berkontribusi terhadap penyakit jantung.
- Akrolein: Paling sering digunakan sebagai pembasmi gulma, bahan kimia ini juga dapat merusak paru-paru.