Fenomena gejala neurologis pada banyak pasien COVID-19 ini tentu saja menarik perhatian para pakar kesehatan dan membuat mereka ingin menelitinya lebih mendalam. Salah satunya adalah Dr. E. Wesley Ely dari Vanderbilt University Medical Center, AS, yang melakukan studi pembedahan jaringan otak pasca kematian untuk melihat tanda-tanda infeksi yang ada di otak.
Dr. Ely dan rekan mengamati perubahan abnormal yang terjadi otak akibat COVID-19, seperti kerusakan pada neuron, bagian otak yang tiba-tiba mengecil, ataupun keberadaan protein yang biasanya dihubungkan dengan kondisi demensia dan penyakit Alzheimer.
Walaupun temuannya belum diumumkan, tetapi penelitian ini disebut-sebut bisa menjadi kunci penting untuk mengetahui dampak COVID-19 lebih jauh.
Meskipun penelitian menemukan banyak pasien COVID-19 yang mengalami gejala neurologis, tetap butuh penelitian lebih jauh untuk benar-benar membuktikan serta menguak mekanismenya.
Masih banyak hal yang tidak diketahui tentang COVID-19. Maka dari itu, yang bisa kita lakukan adalah mematuhi protokol kesehatan dan menjaga diri sebaik mungkin dari ancaman penularan.
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik, dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.