Apakah Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Termasuk Gejala COVID-19?

Selama ini gejala umum COVID-19 yang mungkin sudah kamu tahu adalah demam, batuk kering, hilangnya kemampuan mencium atau mengecap rasa, serta sesak napas. Nah, ada juga kabar yang beredar pembengkakan kelenjar getah bening termasuk gejala COVID-19. Bagaimana kebenarannya?
Sebelum membahasnya lebih lanjut, gejala umum COVID-19 seperti yang tertera di laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) meliputi:
- Demam atau menggigil
- Batuk
- Napas pendek atau sulit bernapas
- Kelelahan
- Nyeri otot atau sakit tubuh
- Sakit kepala
- Kehilangan kemampuan mencium atau mengecap rasa
- Radang tenggorokan
- Hidung tersumbat atau meler
- Mual atau muntah
- Diare
Meski demikian, di laman tersebut juga tertulis bahwa daftar tersebut tidak memuat semua kemungkinan gejala, dan CDC akan terus memperbarui daftar tersebut setelah mempelajari COVID-19 lebih lanjut.
Nah, salah satu gejala yang sedang ramai dibicarakan saat ini adalah membesarnya kelenjar getah bening. Apakah termasuk ke dalam gejala COVID-19 atau tidak, simak fakta-faktanya berikut ini.
1. Pembengkakan kelenjar getah bening bisa muncul akibat infeksi yang menyerang pernapasan dan tenggorokan

Melansir artikel dalam Eat This, Not That! yang mengompilasikan berbagai gejala COVID-19 yang dikeluhkan pasien (jumlah gejalanya per 5 Oktober 2020 mencapai 98!), pembengkakan kelenjar getah bening di area leher masuk dalam daftar.
Disebutkan bahwa pembengkakan kelenjar getah bening bisa terjadi jika ada trauma atau infeksi di area tersebut. Pembengkakan itu bisa muncul akibat berdiamnya bakteri yang menyebabkan radang tenggorokan. Mengingat itu adalah salah satu gejala umum penyakit akibat SARS-CoV-2 tersebut, maka membesarnya kelenjar getah bening mungkin terjadi.
2.Bisa disebabkan oleh penyakit lain

Melansir HealthLinkBC, kelenjar getah bening umumnya disebabkan oleh gangguan kesehatan yang lain. Penyakit yang bisa menyebabkan pembengkakan tersebut adalah trauma luar atau penyakit lainnya seperti limfoma.
Pada dasarnya, kelenjar getah bening tersebar di seluruh area tubuh dan saling tersambung satu sama lain. Ketika tubuh mengalami infeksi, kelenjar itu bisa membengkak sebagai sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuh. Pembengkakan ini dikenal juga sebagai limfadenopati.
3. Adakah bukti ilmiah hubungan antara COVID-19 dan pembengkakan kelenjar getah bening?

Menurut sebuah penelitian berjudul “Mediastinal lymphadenopathy in patients with severe COVID-19” dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases yang terbit pada bulan April 2020 lalu, disebutkan bahwa setidaknya 6 persen pasien positif COVID-19 yang mengalami limfadenopati.
Sementara itu, menurut penelitian berjudul “Association of mediastinal lymphadenopathy with COVID-19 prognosis” yang terbit dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases bulan Juni 2020 lalu menemukan, setidaknya 76 dari 410 pasien COVID-19 yang diteliti mengalami masalah pembengkakan kelenjar getah bening.
Umumnya, pembengkakan ini tidak terlihat atau tidak bisa dirasakan saat pemeriksaan fisik. Namun, baru bisa terdeteksi lewat CT scan.
4. Penyakit Kawasaki juga pernah diasosiasikan dengan COVID-19, dan salah satu gejalanya adalah pembengkakan kelenjar tersebut

Infeksi COVID-19 juga pernah dihubungkan dengan penyakit Kawasaki, yang salah satu gejalanya adalah kelenjar getah bening membengkak. Penyakit Kawasaki sendiri merupakan penyakit langka yang umumnya menyerang anak di bawah umur 5 tahun.
Melansir News Medical Life Sciences, penyakit tersebut mampu bertahan hingga 3 minggu tanpa diketahui penyebab pastinya, yang mana dapat menyebabkan masalah koroner hingga kematian bila tidak ditangani dengan tepat.
Hubungan antara penyakit Kawasaki dan COVID-19 pertama kali dikemukakan pada bulan April 2020 lalu, seiring pertambahan angka kejadian penyakit langka tersebut yang dibarengi dengan peningkatan kasus COVID-19. Meski demikian, peneliti tidak setuju bahwa COVID-19 dapat menyebabkan penyakit Kawasaki.
Alih-alih menyebutnya sebagai "penyakit Kawasaki", Royal College of Paediatrics and Child Health menyebutnya sebagai "PIMS-TS" untuk menggambarkan penyakit parah mirip Kawasaki pada anak-anak (perkiraan usia 9 tahun) yang terkait dengan COVID-19.
5. Baiknya, segera memeriksakan diri ke dokter jika merasa ada pembengkakan

Walau ada beberapa penelitian yang menghubungkan antara pembengkakan kelenjar getah bening dengan COVID-19, tetapi sejauh ini belum ada ahli yang benar-benar menemukan keluhan tersebut pada pasien COVID-19 yang mengalami gejala ringan.
Pembengkakan tersebut baru tampak pada pasien COVID-19 yang bergejala berat. Maka dari itu, bila merasakan adanya pembesaran di kelenjar getah bening, amannya periksakan diri ke dokter.
Perlu diketahui bahwa pembengkakan kelenjar getah bening penyebabnya beragam. Bisa karena infeksi (radang tenggorokan, infeksi telinga, infeksi kulit, HIV, campak, dan tuberkulosis), penyakit autoimun (seperti artritis reumatoid dan lupus), penggunaan obat-obatan tertentu (seperti antikonvulsan dan vaksin tifus), hingga kanker (limfoma atau kanker nasofaring).
Bila kamu mengalami gejala pembengkakan kelenjar getah bening, sebaiknya periksakan diri ke dokter agar diketahui penyebabnya. Posisi kelenjar getah bening menyebar di seluruh tubuh, seperti di ketiak, bawah rahang, leher bagian samping, selangkangan, dan di atas tulang selangka.
Kamu mesti waspada bila memang terdapat gejala umum COVID-19 yang menyertai, seperti yang disebutkan di atas. Jangan lagi menunggu untuk memeriksakan diri ke dokter.
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan, atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.