Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pexels.com/PhotoMIX Company

Pradiabetes (prediabetes) adalah kondisi gula darah seseorang melebihi batas normal, tetapi belum cukup tinggi untuk terdiagnosis sebagai diabetes. Kondisi ini juga dikenal sebagai gangguan toleransi glukosa.

"Wah, aman, dong, kalau begitu?" pikirmu.

Tidak juga! Dilansir WebMD, orang-orang dengan diabetes tipe 2 biasanya mengalami pradiabetes terlebih dulu. Maka dari itu, kamu harus tahu kondisi pradiabetes, terutama cara mengatasinya agar tidak berkembang menjadi diabetes yang bisa membawa komplikasi berbahaya.

1. Pradiabetes berbeda dengan diabetes tipe 2

ilustrasi pemeriksaan dokter (unsplash.com/Tom Claes)

Awam mungkin menganggap pradiabetes dan diabetes serupa, mengingat kadar gula darah keduanya di atas batas normal. Namun, sebetulnya keduanya merupakan gangguan kesehatan yang berbeda.

Berdasarkan laporan dalam jurnal "Diabetes & Vascular Disease Research" tahun 2014, pradiabetes adalah kondisi gula darah puasa (GDP) di atas normal (>100 mg/dL), tetapi masih di bawah kadar GDP diabetes 2, yaitu 125 mg/dL.

Menurut laporan dalam jurnal "Diabetes Care" tahun 2009 dan "The Lancet" tahun 2012, besar risiko pradiabetes untuk menjadi diabetes tipe 2 jika selama beberapa tahun terakhir terus meningkat dari rentang 8-15 persen, seiring dengan meningkatnya kejadian hiperglikemia (peningkatan kadar plasma glukosa darah di atas nomal).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dari Kementerian Kesehatan RI, prevalensi pradiabetes di Indonesia mencapai 26,3 persen dari populasi penduduk dewasa. Angka prevalensi tersebut dua kali lebih besar dari angka kejadian diabetes tipe 2.

Pradiabetes yang mengalami hiperglikemia dan tidak terkendali, berisiko mengalami diabetes tipe 2 di masa mendatang.

2. Penyebab pradiabetes

Editorial Team

Tonton lebih seru di