Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi flu (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi flu (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak orang merasa tubuhnya lebih mudah terserang flu atau batuk ketika musim hujan tiba. Perubahan cuaca yang membuat suhu udara menurun sering kali dikaitkan dengan melemahnya daya tahan tubuh alias imunitas. Padahal, tidak semua kondisi tersebut disebabkan oleh sistem imun yang melemah.

Cuaca dingin, perubahan aktivitas, serta kebiasaan harian justru punya peran besar terhadap bagaimana tubuh bereaksi saat musim hujan. Untuk memahami hal ini lebih dalam, berikut penjelasannya.

1. Suhu udara mempengaruhi respons tubuh terhadap infeksi

ilustrasi demam (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Ketika suhu udara menurun, pembuluh darah di hidung dan saluran pernapasan cenderung menyempit. Kondisi ini menghambat sel imun mencapai area yang menjadi jalur masuk virus, sehingga tubuh lebih lambat merespons ancaman infeksi. Virus seperti influenza juga lebih stabil di udara dingin, membuat penularan lebih cepat terjadi dari satu orang ke orang lain, terutama di ruangan tertutup. Inilah sebabnya mengapa banyak orang mengira imunnya melemah, padahal tubuh sedang menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang berubah.

Selain itu, udara dingin sering kali membuat orang malas bergerak dan memilih berada di dalam ruangan untuk waktu lama. Ventilasi yang tertutup rapat justru meningkatkan risiko paparan virus karena udara tidak berganti. Tubuh yang kurang bergerak juga menurunkan sirkulasi darah dan kadar oksigen, membuat sistem imun tidak bekerja seoptimal biasanya.

2. Pola tidur yang berubah menurunkan kualitas daya tahan tubuh

ilustrasi pola tidur (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Musim hujan sering identik dengan rasa kantuk dan keinginan untuk tidur lebih lama. Namun, kenyataannya banyak orang justru mengalami gangguan tidur karena suhu dingin atau kebiasaan begadang menonton film di bawah selimut. Kurang tidur mengganggu produksi sitokin atau protein yang membantu sistem imun melawan infeksi. Tanpa istirahat yang cukup, tubuh kehilangan kemampuan memulihkan diri dengan baik.

Selain durasi tidur, kualitas tidur juga berperan penting. Tidur yang sering terputus membuat hormon stres seperti kortisol meningkat, dan kondisi ini bisa menghambat fungsi sel imun. Karena itu, menjaga pola tidur tetap teratur selama musim hujan penting agar daya tahan tubuh tetap stabil. Daripada bergantung pada suplemen semata, tidur yang cukup dan berkualitas jauh lebih efektif dalam menjaga sistem imun tetap seimbang.

3. Asupan gizi berubah karena pilihan makanan musim hujan

ilustrasi asupan bergizi (vecteezy.com/ferhad)

Ketika hujan deras, banyak orang tergoda memilih makanan hangat dan berlemak seperti gorengan atau mi instan. Padahal, pola makan semacam ini justru dapat menurunkan daya tahan tubuh dalam jangka panjang. Kandungan lemak jenuh yang tinggi dan minim serat membuat sistem pencernaan bekerja lebih berat, sementara vitamin dan mineral yang seharusnya mendukung sistem imun malah berkurang.

Sebaliknya, tubuh membutuhkan asupan gizi yang lebih seimbang di musim hujan, terutama yang kaya vitamin C, E, dan zinc. Sayur hijau, buah sitrus, ikan, serta biji-bijian membantu sel imun tetap aktif. Minum air putih juga tetap penting, meski cuaca terasa dingin dan kamu jarang merasa haus. Banyak orang salah mengira dehidrasi hanya terjadi di musim panas, padahal udara lembap juga bisa membuat tubuh kekurangan cairan tanpa terasa.

4. Aktivitas fisik yang menurun menghambat sirkulasi imun

ilustrasi kurang aktivitas fisik (pexels.com/George Pak)

Hujan yang turun sepanjang hari membuat banyak orang mengurangi aktivitas fisik. Padahal, olahraga ringan membantu melancarkan peredaran darah dan memperkuat sel imun yang bertugas melawan infeksi. Saat tubuh terlalu lama pasif, sistem metabolisme melambat dan kadar hormon stres meningkat, dua hal yang sama-sama menekan fungsi imun.

Tidak perlu olahraga berat untuk menjaga ketahanan tubuh di musim hujan. Aktivitas sederhana seperti yoga, stretching, atau jalan kaki di dalam rumah cukup untuk menjaga tubuh tetap aktif. Rutinitas ini tidak hanya menjaga daya tahan tubuh, tapi juga membantu menjaga kestabilan mood. Dengan begitu, tubuh tetap bugar walau hujan terus turun di luar.

5. Kondisi psikologis ikut memengaruhi kekuatan imun

ilustrasi hujan (pexels.com/Nikita Ananjevs)

Musim hujan sering membawa suasana sendu dan rasa malas yang sulit dijelaskan. Cahaya matahari yang berkurang dapat memengaruhi produksi serotonin, hormon yang berperan dalam menjaga suasana hati. Saat mood menurun, hormon stres meningkat dan sistem imun jadi lebih lemah.

Menjaga kestabilan emosi di musim hujan sama pentingnya dengan menjaga pola makan atau tidur. Meluangkan waktu untuk aktivitas yang menyenangkan, berbicara dengan orang terdekat, atau sekadar menikmati waktu tenang bisa membantu menyeimbangkan hormon tubuh. Tubuh yang bahagia bekerja lebih efisien melawan infeksi. Maka dari itu, menjaga imun bukan hanya soal vitamin dan olahraga, tapi juga tentang cara kamu memperlakukan pikiran dan perasaan.

Musim hujan memang sering dihubungkan dengan melemahnya imun tubuh, tetapi kenyataannya lebih kompleks dari itu. Jadi, alih-alih menyalahkan musim, mungkin ini saatnya kamu melihat kembali bagaimana cara kamu menjaga diri selama udara mulai dingin. Sudahkah kamu memberi tubuhmu kesempatan untuk benar-benar beradaptasi dengan musim hujan?

Referensi

"Maintaining Health During the Rainy Season". Bio Medilab. Diakses pada November 2025.

"Maintaining your body immune in the rainy season". Taisho. Diakses pada November 2025.

"Can You Really Get Sick From Being in the Rain?" Health. Diakses pada November 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team