Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Main Kotor-kotoran Bisa Bikin Imun Anak Tangguh?

Seorang anak kecil memegang tanah berwarna hitam dengan satu tangannya.
ilustrasi anak main tanah (pexels.com/John Jordan)
Intinya sih...
  • Paparan mikroba alami sejak kecil membantu membentuk sistem imun yang lebih kuat.
  • Anak yang tumbuh di peternakan atau punya hewan peliharaan cenderung lebih jarang alergi, menurut temuan studi.
  • Bermain di tanah bisa memperkaya mikrobioma tubuh, tetapi hindari area yang tercemar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebagian orang mungkin ingat masa kecilnya yang penuh lumpur dan tanah, berlarian di halaman, menggali pasir atau tanah, atau hujan-hujanan. Dulu, banyak orang tua percaya bahwa bermain di luar dan “sedikit kotor” membuat anak lebih kuat. Kini, sains mulai membuktikan bahwa keyakinan itu ada benarnya.

Beberapa penelitian menunjukkan, paparan kotoran sejak dini justru dapat menurunkan risiko anak mengalami alergi maupun penyakit autoimun. Dengan kata lain, paparan ini bisa membantu melindungi tubuh dari kondisi ketika sistem imun bereaksi berlebihan terhadap alergen atau bahkan menyerang jaringan tubuhnya sendiri.

Pada tahun-tahun awal kehidupan, sistem kekebalan anak sedang giat-giatnya belajar. Sel-sel pelindung di dalam tubuh ibarat pasukan yang harus dilatih untuk mengenali mana yang termasuk bagian dari tubuh sendiri, mana zat asing yang tidak berbahaya, dan mana yang benar-benar berbahaya seperti bakteri atau virus penyebab penyakit. Kemampuan membedakan inilah yang menentukan apakah sistem imun akan menyerang dengan tepat sasaran atau justru bereaksi keliru.

Proses belajar alami ini menjelaskan mengapa interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk paparan kotoran dalam kadar wajar, bisa berperan penting dalam membentuk ketahanan tubuh mereka di masa depan.

Mikrobioma usus dan rahasia ketahanan tubuh sejak dini

Sinyal molekuler yang mendorong perkembangan sistem imun pengatur sebagian besar berasal dari mikroba di usus.

Kumpulan mikroba ini dikenal sebagai mikrobioma usus, dan perannya sangat penting bagi kesehatan. Beberapa mikroba membantu memproduksi vitamin yang dibutuhkan tubuh, sementara yang lain berperan dalam mencerna makanan.

Tahun pertama kehidupan menjadi masa krusial bagi pembentukan mikrobioma. Bayi yang lahir melalui persalinan normal akan menerima bakteri dari jalan lahir, sementara bayi yang disusui mendapatkan tambahan mikroba dari ASI. Seiring pertumbuhan, anak terus terpapar mikroba dari berbagai sumber di lingkungannya.

Dari sinilah lahir teori yang disebut “old friends hypothesis.” Teori ini menyatakan, makin beragam mikroba yang ditemui anak sejak dini, makin kaya pula mikrobiomanya. Keragaman ini membantu sistem imun belajar membedakan mana kawan dan lawan. Istilah "old friends" merujuk pada mikroba baik (commensal microbes) yang hidup di dalam dan di permukaan tubuh tanpa menimbulkan penyakit.

Teori tersebut diajukan pada tahun 2003, sebagai pengembangan dari "hygiene hypothesis" yang lebih dikenal luas. Hygiene hypothesis berpendapat bahwa kurangnya paparan kuman sejak kecil membuat seseorang lebih rentan terhadap gangguan imun. Banyak penelitian mendukung hal ini, misalnya anak-anak yang tumbuh di lingkungan peternakan atau rumah dengan hewan peliharaan cenderung lebih jarang mengalami alergi dibanding anak-anak di perkotaan atau rumah tanpa hewan.

Namun, old friends hypothesis menekankan pentingnya paparan mikroba baik, bukan patogen penyebab penyakit. Penelitian di Eropa menunjukkan bahwa paparan kuman sejak dini tidak selalu melindungi dari alergi. Kritik lain terhadap hygiene hypothesis adalah anggapannya bahwa seseorang menjadi “terlalu bersih,” padahal kebersihan tetap penting untuk mencegah penyakit.

Sebaliknya, teori old friends justru memberi penjelasan mengapa penggunaan antibiotik berlebihan pada masa awal kehidupan (yang dapat menghilangkan sebagian besar mikrobioma usus) atau persalinan caesar (yang tidak memberi paparan bakteri dari jalan lahir) berkaitan dengan meningkatnya risiko alergi.

Faktor risiko alergi lainnya

Anak-anak bermain hujan-hujanan.
ilustrasi anak bermain hujan (pexels.com/Thanh Hue Dao)

Mikrobioma memang berperan penting dalam kesehatan, tetapi bukan satu-satunya faktor yang menentukan risiko seseorang mengalami alergi. Faktor genetik, misalnya, juga punya pengaruh besar. Anak-anak tetap sebaiknya didorong untuk bermain di luar ruangan dan bersentuhan dengan tanah, karena interaksi ini bisa membantu sistem imun mereka berkembang lebih baik.

Meski begitu, pemahaman ilmuwan tentang faktor risiko gangguan imun belum selalu bisa diterjemahkan menjadi saran praktis. Contohnya, memiliki anjing di rumah memang dikaitkan dengan risiko alergi yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak punya hewan peliharaan, tetapi ini tidak bisa menjadi patokan. Kamu tidak bisa serta-merta menyarankan orang untuk memelihara anjing hanya demi mencegah alergi.

Ada pula sisi lain yang perlu diwaspadai. Tanah di daerah dengan polusi tinggi bisa mengandung zat berbahaya, seperti timbal atau kontaminan lain, bahkan parasit. Jenis tanah seperti ini jelas bukan paparan yang sehat bagi anak. Karena itu, penting untuk memastikan anak tidak menghirup atau menelan tanah, sekaligus tetap memberi mereka kesempatan bermain di lingkungan yang aman.

Dengan kata lain, paparan alami dari lingkungan memang bermanfaat, tetapi tetap harus disertai kewaspadaan agar anak mendapat manfaat tanpa menanggung risiko.

Referensi

Hsin-Jung Wu and Eric Wu, “The Role of Gut Microbiota in Immune Homeostasis and Autoimmunity,” Gut Microbes 3, no. 1 (January 1, 2012): 4–14, https://doi.org/10.4161/gmic.19320.

Nina Wærling Hansen and Anette Sams, “The Microbiotic Highway to Health—New Perspective on Food Structure, Gut Microbiota, and Host Inflammation,” Nutrients 10, no. 11 (October 30, 2018): 1590, https://doi.org/10.3390/nu10111590.

Sally F Bloomfield et al., “Time to Abandon the Hygiene Hypothesis: New Perspectives on Allergic Disease, the Human Microbiome, Infectious Disease Prevention and the Role of Targeted Hygiene,” Perspectives in Public Health 136, no. 4 (June 27, 2016): 213–24, https://doi.org/10.1177/1757913916650225.

"Asthma: The Hygiene Hypothesis." US FDA. Diakses Oktober 2025.

"Is playing in the dirt good for kids' immune systems?" Live Science. Diakses Oktober 2025.

Bill Hesselmar et al., “Pet-keeping in Early Life Reduces the Risk of Allergy in a Dose-dependent Fashion,” PLoS ONE 13, no. 12 (December 19, 2018): e0208472, https://doi.org/10.1371/journal.pone.0208472.

Erik Van Tilburg Bernardes and Marie-Claire Arrieta, “Hygiene Hypothesis in Asthma Development: Is Hygiene to Blame?,” Archives of Medical Research 48, no. 8 (November 1, 2017): 717–26, https://doi.org/10.1016/j.arcmed.2017.11.009.

Yan Lei Chen et al., "Antibiotic Overuse and Allergy-related Diseases: An Epidemiological Cross-sectional Study in the Grasslands of Northern China.” Therapeutics and Clinical Risk Management Volume 15 (June 1, 2019): 783–89, https://doi.org/10.2147/tcrm.s203719.

Xiaoxian Yang et al., “The Prevalence of Food Allergy in Cesarean-born Children Aged 0–3 Years: A Systematic Review and Meta-analysis of Cohort Studies,” Frontiers in Pediatrics 10 (January 17, 2023), https://doi.org/10.3389/fped.2022.1044954.

Marja I. Roslund et al., “Biodiversity Intervention Enhances Immune Regulation and Health-associated Commensal Microbiota Among Daycare Children,” Science Advances 6, no. 42 (October 14, 2020), https://doi.org/10.1126/sciadv.aba2578.

Annika Ljung et al., “Gut Microbiota Markers in Early Childhood Are Linked to Farm Living, Pets in Household and Allergy,” PLoS ONE 19, no. 11 (November 27, 2024): e0313078, https://doi.org/10.1371/journal.pone.0313078.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

7 Jenis Pilates dan Manfaatnya untuk Tubuh

18 Okt 2025, 16:06 WIBHealth