ilustrasi ruang isolasi (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)
Penelitian observasi tersebut menyimpulkan bahwa gaya hidup pasif dan kurang gerak mengarah pada gejala COVID-19 kronis dan risiko tinggi rawat inap, ICU, serta kematian. Bahkan, para peneliti memperingatkan bahwa risiko gejala COVID-19 kronis hampir dua kali lipat pada mereka yang kurang gerak.
Dibandingkan dengan pasien yang gaya hidupnya aktif, pasien yang secara konsisten pasif memiliki kemungkinan 1,73 kali lebih besar untuk dilarikan ke ICU, dan 2,49 kali lebih berisiko tutup usia akibat COVID-19.
Para peneliti terkejut bahwa gaya hidup pasif mempertinggi risiko keparahan gejala pada COVID-19. Bahkan, yang lebih mengagetkannya lagi, gaya hidup sedenter berkontribusi lebih besar daripada kebiasaan merokok dan diabetes.
"Bahkan, setelah kami memasukkan variabel seperti obesitas dan merokok dalam analisis, kami masih melihat gaya hidup pasif sangat terkait dengan kemungkinan rawat inap, masuk ICU, dan kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas fisik sedang dan aktivitas aktif," tutur Deborah Rohm Young, PhD, salah satu peneliti dari Southern California Permanente Medical Group, mengutip Forbes.
Jadi, apa yang harus dilakukan? Aktif gerak! Kepala penelitian tersebut, Robert E. Sallis, M.D., FACSM, menekankan orang yang rutin olahraga memiliki peluang terbaik untuk mengalahkan COVID-19, sementara yang gaya hidupnya sedenter bisa mengalami keparahan infeksi yang lebih buruk.
"Kebiasaan joging 30 menit sehari dan 5 hari seminggu dengan kecepatan sedang akan memberikanmu efek perlindungan yang luar biasa terhadap COVID-19," kata Robert, dilansir EurekAlert.
Kita tahu bahwa pandemi ini berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan. Akan tetapi, usahakan untuk aktif bergerak dengan rutin berolahraga sebagai langkah perlindungan diri terhadap COVID-19. Jangan lupakan juga pola makan sehat bergizi seimbang, tidur cukup, kelola stres dengan baik, serta tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, ya!