ilustrasi nyamuk ber-Wolbachia (freepik.com/jcomp)
World Mosquito Program telah melepaskan nyamuk ber-Wolbachia dengan dukungan pemerintah dan masyarakat di 14 negara selama 12 tahun terakhir. Pelepasan pertama dilakukan pada tahun 2011 di negara bagian Queensland, Australia. Sementara di Indonesia, uji coba nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Yogyakarta dan menunjukkan penurunan kejadian demam berdarah dengue sebesar 77 persen dibandingkan daerah yang tidak diberi nyamuk ber-Wolbachia.
Dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), bakteri Wolbachia tidak dapat menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit. Hal senada juga dijelaskan World Mosquito Program, bahwa nyamuk pembawa Wolbachia tidak dapat menularkan Wolbachia ke manusia atau hewan. Ini karena Wolbachia hanya bisa bertahan hidup di sel serangga. Hasil analisis risiko yang diinisiasi Kementerian Pendidikan dan Balitbangkes Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 menyimpulkan bahwa nyamuk Wolbachia memiliki risiko rendah terhadap manusia dan lingkungannya.
Tidak ada kaitannya Japanese Encephalitis dengan nyamuk ber-Wolbachia, sebab jenis nyamuk yang menularkan Japanese Encephalitis berbeda dengan nyamuk yang menularkan DBD. Japanese Encephalitis ditularkan melalui gigitan nyamuk spesies Culex, sementara bakteri Wolbachia yang digunakan dalam penanganan DBD disuntikkan ke nyamuk Aedes aegypti. Bakteri Wolbachia sendiri tidak dapat menularkan penyakit ke manusia.