Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi Nyamuk Wolbachia Sudah Berjalan 12 Tahun, Apa Hasilnya?

ilustrasi nyamuk (pixabay.com/631372)

Virus dengue menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang terinfeksi. Diperkirakan, 100-400 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus ini. Mereka yang tinggal di daerah tropis dan subtropis lebih rentan terkena.

Salah satu cara untuk menekan kasus dengue adalah melepaskan nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia. Namun, tahukah kamu kalau studi mengenai nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan sejak tahun 2011 atau sudah berjalan selama 12 tahun?

1. Bakteri Wolbachia bisa menghambat perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk

Wolbachia adalah bakteri alami yang ada pada lebih dari 60 persen serangga, seperti lalat buah, kupu-kupu, ngengat, dan sebagian jenis nyamuk (contohnya Aedes albopictus). Karena itu, Wolbachia bukan hasil rekayasa genetika.

Tak perlu khawatir karena Wolbachia tidak bisa bertahan hidup di luar sel serangga yang menjadi inangnya. Mereka tidak bisa berpindah ke manusia atau hewan lain, sehingga tidak akan membahayakan kesehatan kita.

Perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk Aedes aegypti akan terhambat karena bakteri Wolbachia dan membuat penularan virus dengue ke manusia berkurang. Otomatis, kasus dengue akan mengalami penurunan.

2. Yang dilepaskan ke masyarakat adalah telur nyamuk, bukan nyamuk dewasa

ilustrasi telur nyamuk (flickr.com/Sean McCann)

Jika nyamuk jantan tanpa bakteri Wolbachia kawin dengan nyamuk betina yang memiliki bakteri Wolbachia, maka telurnya akan menetas dan seluruh keturunannya mempunyai bakteri tersebut di dalam tubuhnya. Sebaliknya, jika nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina tanpa bakteri Wolbachia, telurnya tidak akan menetas karena ketidakcocokan sitoplasma.

Yang dilepaskan ke masyarakat adalah telur nyamuk, bukan nyamuk dewasa. Dalam satu ember ada sekitar 250-300 telur nyamuk dan 90 persen di antaranya akan menetas. Setiap dua minggu, nyamuk ber-Wolbachia akan dilepaskan dan dilakukan sebanyak 12 kali.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI, sekitar 98 persen penduduk Kota Semarang (Jawa Tengah) dan 99 persen penduduk Kota Bontang (Kalimantan Timur) mendukung penerapan teknologi Wolbachia. Selain itu, 70 persen penduduk Kota Semarang dan 91 persen penduduk Kota Bontang bersedia dititipi ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia.

3. Pelepasan nyamuk ber-Wolbachia menurunkan 77 persen insiden dengue

Penerapan teknologi Wolbachia telah dilakukan sejak tahun 2011 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sudah berjalan selama 12 tahun. Daerah yang terlibat adalah Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Hasilnya, 77 persen insiden dengue turun dan angka rawat inap karena dengue juga turun sebanyak 86 persen. Ini berdasarkan studi yang dilakukan oleh Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D dan rekan-rekannya yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine pada tahun 2021.

Jika dibandingkan, hanya ada 67 kasus dengue dan 13 orang yang dirawat inap karena dengue di wilayah yang mendapatkan teknologi Wolbachia. Sementara, di wilayah yang tidak mendapatkan teknologi Wolbachia, ada 318 kasus dengue dan 102 orang yang dirawat inap karena dengue.

Lihat, betapa jauh perbedaannya? Ini menunjukkan bahwa teknologi Wolbachia benar-benar efektif untuk menumpas virus dengue!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nena Zakiah
Achmad Fatkhur Rozi
Nena Zakiah
EditorNena Zakiah
Follow Us