Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasien kanker (freepik.com/freepik)

Jika kamu didiagnosis dengan kanker paru-paru, dua pertanyaan utama yang terlintas adalah berapa lama kamu akan bertahan hidup dan apakah kamu bisa menoleransi pengobatan.

Dalam beberapa kasus, kanker terdeteksi sudah stadium lanjut sehingga pengobatannya sangat berdampak yang dapat menurunkan kualitas hidup dan mungkin membuatmu merasa tak sanggup lagi menjalaninya, yang akhirnya membuat kamu mempertimbangkan untuk tidak lagi mendapatkan pengobatan.

Apabila memutuskan untuk tidak menjalani pengobatan, kamu mungkin ingin tahu tentang berapa lama harapan hidup kanker paru-paru tanpa pengobatan dan apa saja pilihan yang kamu punya.

1. Harapan hidup

Walaupun stadium dan tingkat kanker dapat membantu dokter memprediksi kemungkinan prognosis, tetapi hanya sedikit penyedia layanan kesehatan yang bisa memprediksi lama harapan hidup yang tepat.

Ada beberapa faktor yang bisa membantu dokter memprediksi waktu kelangsungan hidup pada pasien kanker paru-paru:

  • Stadium kanker: Diklasifikasikan berdasarkan karakteristik tumor, apakah kelenjar getah bening terlibat, dan apakah kanker telah menyebar (bermetastasis).
  • Tingkatan kanker: Menggambarkan karakteristik sel kanker, kemungkinan penyebarannya, dan seberapa cepat.
  • Usia: Terutama pada usia lanjut.
  • Status kesehatan: Kondisi kesehatan umum, kebugaran, dan penyakit kronis yang dimiliki.
  • Status kinerja: Menggambarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari selama hidup dengan kanker (JAMA Oncology, 2015).

Salah satu faktor yang hampir selalu memengaruhi waktu bertahan hidup adalah apakah pasien mencari pengobatan kanker atau tidak. Bahkan di antara pasien lanjut usia dengan kanker stadium lanjut, beberapa bentuk kemoterapi telah terbukti meningkatkan waktu kelangsungan hidup secara signifikan (Journal of Clinical Oncology, 2010).

Jika terdeteksi dini, kanker paru-paru mungkin bisa disembuhkan sepenuhnya. Pada orang yang usianya lebih tua dan mengidap kanker paru-paru metastatik, pengobatan masih bisa dilakukan dan meningkatkan peluang untuk hidup setidaknya satu tahun kurang dari 40 persen.

Namun, bagi sebagian orang, kelangsungan hidup bukanlah tujuan utama mereka, apalagi jika memiliki status kinerja yang buruk. Apabila kanker sudah dalam stadium lanjut, kemampuan seseorang untuk menoleransi kemoterapi mungkin buruk. Jika ini kasusnya, wajar untuk menanyakan kepada dokter berapa lama harapan hidup jika memilih untuk tidak berobat.

Mengingat sekitar 80 persen dari seluruh kasus kanker paru-paru didiagnosis ketika penyakitnya sudah lanjut (stadium 3 atau stadium 4), hal ini menjadi kekhawatiran dan keputusan yang dimiliki banyak orang (Open Biology, 2017).

Tanpa pengobatan, pasien kanker paru-paru non sel kecil, bentuk paling umum kanker paru-paru, bisa hidup selama 5 hingga 12 bulan, tergantung stadiumnya. Di sisi lain, pasien kanker paru sel kecil umumnya bertahan hidup selama 3 hingga 15 bulan tanpa pengobatan berdasarkan stadiumnya (Thoracic Cancer, 2014).

2. Menimbang manfaat pengobatan kanker dan konsekuensinya

ilustrasi pasien kanker menjalani kemoterapi (freepik.com/freepik))

Terkadang, manfaat pengobatan kanker untuk kelangsungan hidup mungkin kecil. Misalnya, jika dokter merasa bahwa program kemoterapi tertentu dapat memperpanjang hidup beberapa minggu namun mungkin menimbulkan efek samping yang berpotensi melemahkan, kamu mungkin memutuskan bahwa konsekuensi pengobatan lebih besar daipada manfaatnya. Dan, itu adalah pilihan yang sangat masuk akal dan adil.

Namun, penting juga untuk dipahami bahwa ada banyak mitos tentang kanker paru-paru. Salah satunya adalah seseorang sudah dianggap "terlalu tua" untuk pengobatan kanker. Nyatanya, pengobatan kanker pada lansia sering kali berhasil dengan baik, terutama dengan obat imunoterapi terbaru yang disebut checkpoint inhibitor yang mungkin lebih dapat ditoleransi dibandingkan obat kemoterapi tradisional (Journal of Thoracic Disease, 2018).

Demikian pula terapi bertarget, yang secara langsung menargetkan sel-sel kanker dan membiarkan sel-sel normal tidak tersentuh, umumnya memiliki efek yang lebih ringan dibandingkan beberapa obat kemoterapi, menurut American Cancer Society.

Penting juga untuk mengakui bahwa program kemoterapi yang digunakan saat ini tidak menimbulkan masalah seperti di masa lalu. Misalnya, menyebabkan lebih sedikit mual, muntah, dan kelelahan akibat pengobatan.

3. Beberapa alasan kenapa beberapa orang memilih tidak menjalani atau melanjutkan pengobatan kanker

Ada banyak alasan kenapa beberapa orang memutuskan untuk tidak menjalani atau melanjutkan pengobatan kanker paru selain kualitas hidup dan ketakutan akan efek samping pengobatan.

Alasan agama

Pengikut Christian Science, Saksi-Saksi Yehuwa, dan Amish mungkin memilih untuk tidak mendapakan pengobatan kanker karena keyakinan agama.

Di sisi lain, beberapa orang mungkin beralih ke agama untuk tujuan penyembuhan, percaya bahwa doa atau praktik lain dapat menyembuhkan kanker. Hanya ada sedikit bukti bahwa hal ini berhasil.

Meskipun keyakinan penting dalam menghadapi penyakit apa pun (dan dapat membuat perbedaan dalam seberapa baik kamu menghadapi penyakit tersebut), penting untuk tetap berpikiran terbuka tentang manfaat dan risiko pengobatan kanker jika keyakinan kamu tidak menghalangi intervensi medis.

Jika ragu atau mengalami krisis, bicaralah dengan penasihat spiritual sesuai keyakinan untuk mengatasi ketakutan atau perjuangan yang sedang kamu alami. Ini dapat membantu membuat keputusan yang tepat.

Hambatan finansial

Beberapa orang mungkin tidak ingin menguras tabungan terbatas, tidak memiliki asuransi atau asuransi terbatas, atau berpikir bahwa pengobatan tertentu tidak dapat mereka peroleh karena penghasilan terlalu sedikit atau terlalu banyak, dan sebagainya.

Sebelum menghindari pengobatan yang menurut kamu tidak mampu kamu tanggung, bicarakan dengan pekerja sosial di pusat pengobatan kanker yang dapat membantu menavigasi layanan dan program yang tersedia.

Stigma

Beberapa orang memutuskan untuk tidak melakukan pengobatan karena stigma kanker paru-paru. Bagi para perokok atau mantan perokok, “smoker's guilt” dapat memengaruhi mereka dan membuat mereka percaya bahwa mereka “pantas” terkena penyakit ini karena mereka secara sadar membuat pilihan untuk merokok.

Tidak ada seorang pun yang berhak terkena kanker, dan kanker paru-paru bisa terjadi baik pada perokok maupun bukan perokok. Seperti halnya penyakit yang berpotensi mengancam jiwa, kanker paru-paru ditangani dengan hati-hati, apa pun kemungkinan penyebabnya.

Kalau kamu memiliki masalah dalam menghadapi diagnosis, mintalah rujukan dari dokter ke psikiater atau psikolog yang dapat membantu. Support group juga tersedia untuk memahami langsung apa yang kamu alami jika tersedia.

4. Membuat keputusan

ilustrasi pasien kanker (pexels.com/Ivan Samkov)

Kalau kamu berpikir untuk berhenti atau tidak menjalani pengobatan kanker, pastikan pilihan yang kamu buat berdasarkan pemahaman yang lengkap tentang penyakit dan kemungkinan hasilnya. Informasi juga harus diberikan selengkap-lengkapnya tanpa pengaruh atau paksaan.

Apabila kamu kesulitan mengambil keputusan, ada empat hal yang harus kamu lakukan:

  • Luangkan waktu, jangan terburu-buru mengambil keputusan.
  • Carilah opini kedua, ketiga, atau bahkan keempat jika diperlukan—apa pun yang diperlukan untuk membantu mengambil keputusan.
  • Ajukan pertanyaan sebanyak mungkin. Dokter tidak boleh mengabaikan atau meminimalkan kekhawatiran kamu.
  • Bekerja sama tidak hanya dengan dokter, tetapi juga dengan terapis dan konselor yang dapat membantu kamu mengatasi masalah emosional.

Pada akhirnya, keputusan ada di tangan kamu. Cobalah untuk menjalani jalan ini dengan tetap berpikiran terbuka, meluangkan waktu untuk mendengarkan dan mengedukasi diri sendiri sebelum menutup pintu pengobatan.

Kalau kamu memutuskan untuk melewatkan pengobatan kanker, akan sangat membantu jika kamu menjelaskan alasannya tidak hanya kepada orang-orang terdekat, tetapi juga kepada penyedia layanan kesehatan. Juga, tetaplah berpikiran terbuka jika suatu hari nanti kamu akan berubah pikiran.

Editorial Team