Ada banyak alasan kenapa beberapa orang memutuskan untuk tidak menjalani atau melanjutkan pengobatan kanker paru selain kualitas hidup dan ketakutan akan efek samping pengobatan.
Alasan agama
Pengikut Christian Science, Saksi-Saksi Yehuwa, dan Amish mungkin memilih untuk tidak mendapakan pengobatan kanker karena keyakinan agama.
Di sisi lain, beberapa orang mungkin beralih ke agama untuk tujuan penyembuhan, percaya bahwa doa atau praktik lain dapat menyembuhkan kanker. Hanya ada sedikit bukti bahwa hal ini berhasil.
Meskipun keyakinan penting dalam menghadapi penyakit apa pun (dan dapat membuat perbedaan dalam seberapa baik kamu menghadapi penyakit tersebut), penting untuk tetap berpikiran terbuka tentang manfaat dan risiko pengobatan kanker jika keyakinan kamu tidak menghalangi intervensi medis.
Jika ragu atau mengalami krisis, bicaralah dengan penasihat spiritual sesuai keyakinan untuk mengatasi ketakutan atau perjuangan yang sedang kamu alami. Ini dapat membantu membuat keputusan yang tepat.
Hambatan finansial
Beberapa orang mungkin tidak ingin menguras tabungan terbatas, tidak memiliki asuransi atau asuransi terbatas, atau berpikir bahwa pengobatan tertentu tidak dapat mereka peroleh karena penghasilan terlalu sedikit atau terlalu banyak, dan sebagainya.
Sebelum menghindari pengobatan yang menurut kamu tidak mampu kamu tanggung, bicarakan dengan pekerja sosial di pusat pengobatan kanker yang dapat membantu menavigasi layanan dan program yang tersedia.
Stigma
Beberapa orang memutuskan untuk tidak melakukan pengobatan karena stigma kanker paru-paru. Bagi para perokok atau mantan perokok, “smoker's guilt” dapat memengaruhi mereka dan membuat mereka percaya bahwa mereka “pantas” terkena penyakit ini karena mereka secara sadar membuat pilihan untuk merokok.
Tidak ada seorang pun yang berhak terkena kanker, dan kanker paru-paru bisa terjadi baik pada perokok maupun bukan perokok. Seperti halnya penyakit yang berpotensi mengancam jiwa, kanker paru-paru ditangani dengan hati-hati, apa pun kemungkinan penyebabnya.
Kalau kamu memiliki masalah dalam menghadapi diagnosis, mintalah rujukan dari dokter ke psikiater atau psikolog yang dapat membantu. Support group juga tersedia untuk memahami langsung apa yang kamu alami jika tersedia.