Meski begitu, penggunaan IMT sebagai ukuran kesehatan menimbulkan pro dan kontra. Ukuran IMT tidak melihat perbandingan lemak tubuh dan otot, sementara otot berkontribusi terhadap IMT. Dengan ukuran tersebut, seharusnya atlet "bermasalah" karena memiliki IMT tinggi.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui dari studi tersebut. Pertama, riset terbaru di Iran ini adalah studi analisis, serta bukan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara IMT dan migrain. Lalu, para peneliti juga tidak menemukan penyebab mengapa IMT bisa memicu migrain.
"Akan tetapi, terbatas bukti yang mendukung hubungan antara IMT dan risiko gangguan sakit kepala primer jenis lainnya," tulis para peneliti Iran dalam kesimpulan.
ilustrasi migrain (unsplash.com/Carolina Heza)
Terlepas dari kekurangan tersebut, bukan kejutan jika IMT yang tak terkendali bisa memicu migrain. Meski begitu, perlu penelitian lebih lanjut mengapa berat badan bisa memengaruhi risiko migrain. Salah satunya adalah obesitas bisa dipicu oleh faktor tertentu, seperti cedera yang tak memungkinkan mobilitas.
Selain itu, kesehatan mental juga seharusnya ikut dipertimbangkan. Obesitas juga bisa dipengaruhi oleh dampak kesehatan mental (seperti stres), sementara stres juga bisa memengaruhi migrain.
Kuncinya adalah jika kamu mengalami migrain secara terus-menerus atau sering kambuh, lebih baik temui dokter. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan pengobatan yang efektif dan tepat sasaran.