ilustrasi seseorang tidur dengan alarm (freepik.com/jcomp)
Gott dkk. (2020) dalam tulisannya yang diterbitkan di jurnal Consciousness and Cognition menyatakan beberapa penelitian menunjukkan bahwa urutan waktu bangun dan tidur yang bergantian dengan cepat dapat dikaitkan dengan peningkatan kejadian lucid dream.
Contohnya pada penderita narkolepsi, yang mengalami tidur terfragmentasi (mudah tertidur tapi terbangun beberapa kali sepanjang malam dan mengalami gangguan tidur) pada malam hari dan serangan tidur di siang hari, melaporkan frekuensi lucid dream yang meningkat secara signifikan oleh Rak dkk. (2015) dan Dodet dkk. (2015).
Selain itu, frekuensi lucid dream ditemukan oleh Smith dan Blagrove (2015) terkait dengan jumlah terbangun di malam hari yang dilaporkan sendiri, dan penggunaan fungsi "snooze" jam alarm selama tidur pagi. Dalam studi eksperimental, periode terjaga yang diperpanjang selama jam-jam pagi meningkatkan kesempatan untuk lucid dream pada periode-periode tidur berikutnya. Ini merupakan teknik yang juga dikenal sebagai metode WBTB.
Penjelasan yang masuk akal untuk hubungan antara lucid dream dan urutan terjaga dan tidur yang bergantian menjadi asumsi bahwa aktivasi prefrontal terkait bangun berlanjut ke periode tidur berikutnya, sehingga meningkatkan terjadinya pemrosesan metakognitif.
Berbeda dengan tidur terus-menerus, periode tidur yang terfragmentasi diharapkan dikaitkan dengan lucid dream yang lebih jernih, berpotensi melalui promosi keadaan hasil persilangan antara terjaga dan tidur rapid-eye-movement (REM, fase tidur yang melibatkan aktivitas otak yang meningkat dan mimpi yang jelas).
Itulah lima fakta unik mengenai lucid dream. Ternyata, selain untuk bersenang-senang dalam mimpi bagi pemimpi, tetapi juga ada manfaat secara klinisnya, ya. Jika kamu mengalami lucid dream, kamu ingin buat alur cerita mimpimu seperti apa?