ilustrasi berhenti merokok (pixabay.com/Martin Büdenbender)
Dalam banyak laporan, paru-paru perokok dapat pulih setelah berhenti merokok. Namun, perbaikan ini juga bergantung pada seberapa lama kebiasaan merokok berjalan dan seberapa banyak rokok yang telah dihabiskan dalam sehari. Aspek ini memengaruhi tingkat kerusakan pada paru-paru.
Umumnya, setelah berhenti merokok, paru-paru akan memperbaiki dirinya sendiri dari sel-sel sehat yang tersisa. Dalam beberapa minggu, dilaporkan bahwa paru-paru mulai memperbaiki selnya dari peradangan. Ia juga akan meredakan produksi lendir yang berlebihan. Dalam beberapa bulan, silia-silia yang rusak juga akan beregenerasi sehingga dapat mengoptimalkan fungsi penyaringan udara pada paru-paru.
Namun, jika kerusakan paru-paru bersifat permanen, misalnya terjadi emfisema, pemulihan mungkin tidak terjadi. Profesor Norman Edelman, MD, seorang profesor kedokteran di State University of New York di Stony Brook menjelaskan, setelah paru-paru rusak hingga mencapai titik emfisema, dinding saluran napas kehilangan bentuk dan elastisitasnya. Di mana ini akan membuat paru-paru kesulitan mengeluarkan semua udara. Perubahan ini bersifat permanen dan tidak dapat dipulihkan, seperti dilansir laman Life Science.
Ia juga menambahkan, paru-paru yang rusak akibat mengalami penyakit akut, seperti pneumonia atau bronkitis akut dalam kebanyakan kasus, paru-paru akan pulih sepenuhnya. Namun, setelah cedera kronis, seperti kerusakan akibat merokok selama puluhan tahun, paru-paru hanya dapat berbuat sedikit untuk memperbaiki dirinya sendiri, seperti dilansir laman Web MD. Jadi, bisa disimpulkan bawah pemulihan paru-paru setelah berhenti merokok bergantung pada tingkat kerusakan paru-paru.
Namun, tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok. Berhenti merokok pada usia berapa pun, atau selama apa pun setelah merokok, akan memberikan manfaat yang lebih baik. Hal ini bisa membantu pernapasan lebih baik dan meningkatkan harapan hidup.