Banyak perempuan membayangkan bahwa hari-hari dan minggu-minggu pertama bersama bayi akan menjadi saat-saat membahagiakan, tenteram, dan menggembirakan. Namun, kenyataannya bisa sangat berbeda.
Kamu mungkin bersuka cita mencium aroma rambut serta jari tangan dan kaki bayi yang mungil, tetapi kamu juga bisa merasa sedih dan kewalahan. Kurang tidur, isolasi, dan stres dalam mengasuh bayi bisa berdampak pada perubahan hormon secara tiba-tiba setelah melahirkan. Kombinasi tersebut dapat membuat kondisi emosional ibu seperti sedang berada dalam roller coaster.
Gejala-gejala tersebut dikenal dengan istilah postpartum blues atau baby blues, dan dapat berlangsung hingga dua minggu setelah melahirkan. Diperkirakan tiga dari empat ibu baru akan mengalami beberapa gejala baby blues, dan beberapa perkiraan menunjukkan jumlahnya mencapai hingga 80 persen, dilansir National Institute of Mental Health.
Perasaan ini normal. Tidak peduli seberapa besar kamu menyayangi bayi, wajar jika kamu merasa sedih dan kewalahan. Meski begitu, baby blues tidak boleh diremehkan karena ini merupakan faktor risiko yang signifikan untuk mengembangkan depresi pascapersalinan, yang lebih parah dan berlangsung terus-menerus.
Selain itu, walaupun baby blues umumnya bersifat sementara, tetapi perubahan suasana hati ini dapat memengaruhi pengalaman ibu setelah melahirkan, termasuk upaya menyusui, ikatan batin, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Penting untuk memastikan gejala baby blues tidak berkepanjangan atau memburuk serta mengetahui cara untuk mengatasinya.