Sudah lebih dari setengah tahun dunia berjibaku melawan penyebaran penyakit virus corona baru (COVID-19) yang disebabkan oleh virus corona baru (SARS-CoV-2). Dari pembatasan sosial (social distancing) hingga penguncian wilayah (lockdown), berbagai upaya dilakukan dunia sambil menunggu obat dan vaksin COVID-19 rampung.
Namun, dunia menghadapi ancaman lain, yaitu disinformasi dan hoaks mengenai COVID-19! Dari "obat ajaib" hingga teori konspirasi yang menegangkan, dunia juga dipaksa memerangi disinformasi sebagai musuh ke-2 yang cukup berat. Mengutip perkataan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus,
“Dunia tidak hanya memerangi epidemik, melainkan juga 'infodemik'. Berita palsu menyebar lebih cepat dan lebih mudah daripada virus dan sama berbahayanya! Dan, jika kita tidak mengatasi ini secepatnya, dunia akan terperosok ke dalam jurang perpecahan dan perselisihan," papar Dr. Ghebreyesus pada Februari 2020 lalu di Konferensi Keamanan Munich.
Kenapa sih, hoaks beredar semakin luas di masa-masa sulit, terutama saat pandemik COVID-19 yang sedang berlangsung? Berita faktual butuh waktu untuk menyaring kebenaran sebelum disebarluaskan. Hoaks? Tidak pikir panjang, langsung sikat! Oleh karena itu, hoaks keluar lebih cepat daripada berita yang riil.
Lalu, sudah tahu tidak benar, kenapa sebagian masyarakat mudah sekali terbuai dengan hoaks tentang COVID-19? Hal tersebut di masa-masa yang sulit seperti sekarang ini, orang-orang menjadi lebih mudah percaya dengan apa yang dikatakan hoaks atau disinformasi tersebut, apalagi jika beritanya "memanjakan" atau "membenarkan" mereka.
Apa maksudnya "memanjakan"? Sebagai contoh, berbagai instansi kesehatan dunia seperti WHO dan CDC menganjurkan penduduk dunia untuk mengenakan masker, membatasi jarak, tetap #DiRumahAja, dan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan. Masih tidak nyaman karena beradaptasi, kan? Jika kemudian ada "berita" yang tidak mengharuskan kedua prosedur tersebut, pembaca akan senang dan merasa dibenarkan!
"Lho, yang saya baca dari berita A tidak harus, kok. Kan makan bawang atau hirup uap panas bisa sembuhkan COVID-19. Ini pasti agenda tersembunyi Illuminati~ Buang saja maskernya!"
Meskipun berita yang benar terdengar keras di telinga dan "pahit di lidah", sejatinya, berita-berita seperti itulah yang menyelamatkan! Jika memang hoaks dan disinformasi sama-sama menyebar dengan cepat dan sama berbahayanya seperti SARS-CoV-2, apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah penyebarannya?
Yuk, simak lima cara menangkal artikel kesehatan hoaks dan disinformasi mengenai COVID-19 seperti yang dirilis oleh situs Healthline.
