Para peneliti menemukan bahwa vaksinasi lebih ampuh terhadap kelompok 1 (tidak pernah terinfeksi SARS-CoV-2 dan menerima dua dosis vaksin COVID-19 Pfizer). Dalam tubuh relawan yang tak pernah terinfeksi SARS-CoV-2, vaksin memicu respons sel T CD4+ dan CD8+ yang lebih andal terhadap protein spike virus serta memproduksi sitokin sehingga virus lebih cepat dibasmi.
Sayangnya, dalam tubuh mereka yang pernah terkena COVID-19 sebelum divaksinasi, vaksin Pfizer-BioNTech memicu sel T CD8+ lebih rendah dan tidak seandal kelompok 1. Namun, hal ini lebih baik dibanding mereka yang terinfeksi dan tidak menerima vaksin dengan kadar sel T CD8+ yang jauh lebih rendah dibanding kelompok 1.
ilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)
Sebagai penutup, para peneliti mencatat bahwa memang infeksi SARS-CoV-2 merusak respons sel T CD8+, sehingga membuka celah infeksi lain. Tidak main-main, efeknya sama mematikannya dengan virus hepatitis C (HCV) dan HIV. Oleh karena itu, para peneliti menyerukan vaksin yang lebih menunjang respons sel T CD8+ pada penyintas COVID-19.
Meski hasilnya lebih rendah dibanding yang belum pernah terinfeksi, ada baiknya untuk segera melindungi diri. Para peneliti menemukan bahwa mereka yang telah pulih dari COVID-19 dan divaksinasi lebih terlindungi dibanding yang tidak.