Ada juga beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan gula darah tinggi. Ini contohnya:
Pada sindrom Cushing, tubuh menghasilkan terlalu banyak hormon kortisol dari kelenjar adrenal. Kortisol yang berlebihan dapat mengganggu kerja insulin dan memicu resistansi insulin. Sekitar 10–30 persen pasien sindrom Cushing mengalami gangguan toleransi glukosa, dan 40–45 persen dapat berkembang menjadi diabetes.
Gangguan pada pankreas, seperti pankreatitis, kanker pankreas, atau fibrosis kistik, dapat merusak sel-sel pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Jika sel-sel ini rusak, pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengatur gula darah.
Pasien PCOS sering mengalami ketidakseimbangan hormon, termasuk peningkatan kadar testosteron dan insulin. Banyak di antaranya mengalami resistansi insulin, sehingga glukosa berlebih tetap berada di aliran darah dan menyebabkan hiperglikemia.
Cedera atau luka bakar dapat menimbulkan stres fisik yang mengubah metabolisme glukosa. Respons “fight-or-flight” melepaskan kortisol dan epinefrin, yang meningkatkan produksi glukosa sekaligus menghambat kerja insulin. Stres fisik juga memicu pelepasan protein peradangan (sitokin) yang memperburuk resistensi insulin.
Setelah operasi, tubuh mengalami stres yang meningkatkan kadar sitokin dan hormon tertentu. Hal ini merangsang hati memproduksi lebih banyak glukosa dan menghambat kerja insulin. Hingga 30 persen pasien dapat mengalami hiperglikemia akibat stres pasca operasi, bahkan setelah keluar dari rumah sakit.
Infeksi seperti pneumonia atau infeksi saluran kemih dapat memicu hiperglikemia akibat stres. Saat infeksi, kadar kortisol meningkat dan menghambat insulin menurunkan gula darah. Respons ini sebenarnya normal, karena tubuh menyediakan energi ekstra bagi organ vital seperti otak dan ginjal untuk membantu melawan infeksi.
Beberapa obat dapat meningkatkan gula darah, misalnya vasopresor katekolamin (dopamin, norepinefrin), obat imunosupresan (tacrolimus, cyclosporine), dan kortikosteroid. Obat-obatan ini mengaktifkan enzim yang meningkatkan produksi glukosa sekaligus mengganggu kerja insulin.
Pasien rawat inap yang mendapat nutrisi melalui selang makan atau infus (IV) juga berisiko mengalami hiperglikemia, karena cairan nutrisi sering mengandung larutan gula.
Sel lemak berlebih (adiposit) mengganggu keseimbangan glukosa dan insulin. Sel-sel ini melepaskan protein peradangan seperti interleukin dan TNF (tumor necrosis factor) yang meningkatkan resistansi insulin. Akibatnya, tubuh lebih sulit memproduksi insulin saat gula darah naik, dan glukosa tidak mudah disimpan atau digunakan oleh otot.