Dilansir Healthline, proses diagnosis oleh dokter akan didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa tubuh pasien apabila ada luka yang punya karakteristik seperti herpes simplex serta menanyakan gejala terkait.
Pada beberapa kasus, diagnosis herpes simplex memerlukan hasil dari pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain Tzank test dari hasil usapan luka, kultur herpes, uji serologis, pemeriksaan antibodi terhadap HSV-1 dalam darah, hingga tes PCR. Pemeriksaan laboratorium dilakukan terutama apabila tidak terdapat luka pada tubuh, tetapi terdapat indikasi adanya infeksi HSV-1.
Dalam penanganan herpes simplex, umumnya dilakukan pemberian terapi antiviral secara oral untuk mempercepat waktu penyembuhan dan mengurangi gejala. Pada kasus herpes simplex di bibir, kadang dokter akan meresepkan salep.
Karena virus tetap ada dalam tubuh meskipun gejala telah hilang, penting untuk mengendalikan infeksi laten agar tidak terjadi reaktivasi. Oleh karena itu, penderita yang telah sembuh tetap dianjurkan untuk mengurangi paparan dengan pencetus reaktivasi virus.
Tidak hanya pemberian obat, pada kasus herpes simplex pada bibir, pasien dianjurkan untuk mengompres area luka dengan kompres dingin atau hangat untuk meredakan rasa sakit yang muncul. Pasien juga tidak disarankan untuk mengonsumsi minuman hangat, makanan pedas, asam, dan asin untuk sementara waktu hingga luka membaik.