Benarkah Aborsi Tingkatkan Risiko Kanker Payudara?

Aborsi memiliki banyak risiko kesehatan

Intinya Sih...

  • Studi menunjukkan bahwa aborsi sebelum atau setelah kehamilan cukup bulan pertama dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
  • Ternyata, tidak ada cukup bukti untuk mengonfirmasi kaitan antara aborsi dan kanker payudara.
  • Meskipun tidak terbukti meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi tindakan aborsi membawa risiko yang harus diwaspadai.

Kanker payudara adalah salah satu jenis penyakit yang paling ditakuti perempuan. Ada banyak faktor risiko yang memicu kanker payudara.

Ada kabar bahwa pernah melakukan aborsi meningkatkan risiko terkena kanker payudara pada perempuan. 

Informasi ini tentunya membuat perempuan yang akan atau pernah melakukan aborsi menjadi khawatir. Namun, apakah benar riwayat aborsi meningkatkan risiko kanker payudara? Cek kebenarannya di sini.

1. Benarkah aborsi meningkatkan risiko kanker payudara?

Studi mengamati 73 penelitian di seluruh dunia sejak tahun 1957. Hasilnya, 53 penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang melakukan aborsi memiliki peningkatan risiko kanker payudara (Medicine, 2018).

Penelitian menyatakan bahwa perempuan yang melakukan aborsi sebelum kehamilan cukup bulan pertamanya memiliki peningkatan risiko sebesar 50 persen terkena kanker payudara, sedangkan perempuan yang melakukan aborsi setelah kehamilan cukup bulan pertamanya memiliki peningkatan risiko sebesar 30 persen (Journal of Epidemiology and Community Health, 1996).

Namun, banyak penelitian ini ternyata mengalami kecacatan dalam hal pengumpulan data. Selain itu, perempuan yang telah didiagnosis mengidap kanker payudara lebih besar kemungkinannya untuk melakukan aborsi, karena mereka mengidentifikasi faktor-faktor risiko sejak dini. Akibat kelemahan metodologi dalam studi kasus ini, hubungan antara aborsi dan kanker payudara tampak lebih besar daripada yang sebenarnya.

Sebuah metaanalisis meninjau data dari 53 penelitian yang melibatkan 83.000 penyintas kanker payudara di 16 negara. Para peneliti tidak menemukan bahwa aborsi meningkatkan risiko kanker payudara (The Lancet, 2004).

Studi lainnya terhadap lebih dari 100.000 perempuan di Amerika Serikat juga tidak menemukan hubungan antara aborsi yang disengaja atau spontan dengan kanker payudara (JAMA Internal Medicine, 2008).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada cukup bukti untuk mengonfirmasi kaitan antara aborsi dan kanker payudara.

2. Potensi efek samping dan komplikasi aborsi

Benarkah Aborsi Tingkatkan Risiko Kanker Payudara?ilustrasi kram perut (freepik.com/wayhomestudio)

Meskipun tidak terbukti meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi tindakan aborsi membawa risiko yang harus diwaspadai. Sering kali, perempuan mengalami pendarahan dan kram setelah aborsi.

Dijelaskan dalam laman Healthline, tanda-tanda efek samping yang lebih serius meliputi:

  • Pendarahan berlebihan.
  • Sakit parah.
  • Demam tinggi.
  • Keputihan berbau tidak sedap.

Komplikasi dari aborsi dapat meliputi:

  • Infeksi pada rahim.
  • Pendarahan berlebih.
  • Kerusakan pada leher rahim atau rahim.
  • Aborsi tidak lengkap yang memerlukan prosedur lain.
  • Kelahiran prematur pada kehamilan berikutnya.

Baca Juga: Apakah Aborsi Memengaruhi Kesuburan?

3. Faktor risiko kanker payudara

Berikut adalah faktor risiko kanker payudara:

  • Tidak aktif secara fisik: Perempuan yang tidak banyak bergerak memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
  • Kelebihan berat badan setelah menopause: Perempuan lanjut usia yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan sehat.
  • Terapi hormonal: Beberapa bentuk terapi penggantian hormon yang dilakukan selama menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara jika dilakukan selama lebih dari lima tahun. Penggunaan pil KB tertentu juga terbukti dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
  • Riwayat reproduksi: Hamil di atas usia 30 tahun, tidak menyusui, dan tidak pernah hamil cukup bulan meningkatkan risiko kanker payudara.
  • Minum alkohol: Makin banyak jumlah alkohol yang diminum, makin tinggi pula risiko terkena kanker payudara.
  • Merokok, paparan bahan kimia, dan perubahan hormon lain akibat kerja shift malam: Ini juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

4. Siapa yang berisiko tinggi terkena kanker payudara?

Benarkah Aborsi Tingkatkan Risiko Kanker Payudara?ilustrasi kanker payudara (pexels.com/Anna Tarazevich)

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, jika kamu memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara atau perubahan gen BRCA1 dan BRCA2 yang diturunkan, kamu mungkin berisiko tinggi terkena kanker payudara. Kamu juga lebih berisiko terkena kanker ovarium.

Bicarakan dengan dokter tentang cara untuk mengurangi risiko tersebut. Opsi pengobatan biasanya berkisar antara obat-obatan yang menghalangi atau menurunkan estrogen dalam tubuh, atau pembedahan.

5. Apakah kanker payudara bisa dicegah?

Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk mencegah kanker payudara, menurut American Cancer Society. Akan tetapi, kamu masih dapat menurunkan risikonya. Staregi ini utamanya sangat membantu bagi perempuan dengan faktor risiko tertentu terhadap kanker payudara.

Berikut adalah cara menurunkan risiko terkena kanker payudara:

  • Menyusui. Jika kamu memiliki bayi, menyusui berperan dalam membantu mencegah kanker payudara. Semakin lama kamu menyusui, semakin besar efek perlindungannya.
  • Berhati-hati dalam memilih metode kontrasepsi. Ada beberapa bukti bahwa jenis kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kanker payudara. Ini termasuk pil KB dan IUD hormonal. Namun, risikonya sangat kecil. Bicarakan dengan dokter tentang pilihan alat kontrasepsi.
  • Jika kamu melihat adanya perubahan pada tampilan atau tekstur payudara, segera buat janji temu dengan dokter. Juga, tanyakan kepada dokter kapan harus memulai mammogram dan tes skrining lainnya berdasarkan riwayat kesehatan.

Sebagian besar ahli medis sepakat bahwa aborsi tidak meningkatkan risiko kanker payudara. Akan tetapi, bagaimana pun juga aborsi adalah tindakan medis yang memiliki risiko. Jika kamu memiliki kekhawatiran tentang risiko kanker payudara, bicarakan dengan dokter untuk langkah-langkah yang perlu dilakukan.

Baca Juga: 7 Faktor yang Memengaruhi Ukuran Payudara, Kamu Harus Tahu

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya