Chronic Myelogenous Leukemia: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Kanker yang dimulai di dalam sumsum tulang

Chronic myelogenous leukemia atau chronic myeloid leukemia (CML) adalah kanker yang dimulai di dalam sumsum tulang. Ini adalah jaringan lunak di tengah tulang yang membantu membentuk semua sel darah.

CML menyebabkan pertumbuhan sel yang belum matang dan matang yang tidak terkendali yang membuat jenis sel darah putih tertentu yang disebut sel myeloid. Sel-sel yang sakit menumpuk di sumsum tulang dan darah.

Dalam kasus CML, sumsum tulang membuat granulosit abnormal (sejenis sel darah putih). Sel-sel abnormal ini juga disebut blast. Ketika sel-sel abnormal mendesak keluar sel-sel sehat, ini dapat menyebabkan infeksi, anemia, dan mudah berdarah. Sel-sel abnormal juga dapat menyebar ke luar darah ke bagian tubuh lainnya.

CML biasanya terjadi pada orang dewasa selama atau setelah usia paruh baya. Ini jarang terjadi pada anak-anak.

1. Penyebab dan faktor risiko

Chronic Myelogenous Leukemia: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi mutasi genetik (pixabay.com/geralt)

CML terjadi saat ada sesuatu yang salah dalam gen sel sumsum tulang. Namun, tidak jelas apa yang awalnya memicu proses ini. Akan tetapi, dokter telah menemukan bagaimana hal tersebut berkembang menjadi CML. Berikut penyebab CML bisa berkembang:

  • Kromosom abnormal berkembang: Sel manusia umumnya terdiri dari 23 pasang kromosom. Kromosom ini memegang DNA yang berisi instruksi (gen) yang mengontrol sel-sel dalam tubuh. Pada orang dengan CML, kromosom dalam sel darah bertukar bagian satu sama lain. Bagian kromosom 9 bertukar tempat dengan bagian kromosom 22, menciptakan kromosom 22 ekstra pendek dan kromosom 9 ekstra panjang. Kromosom ekstra pendek 22 disebut dengan kromosom Philadelphia, sesuai dengan nama kota tempat ditemukannya. Kromosom Philadelphia muncul dalam sel darah 90 persen orang dengan CML.
  • Kromosom abnormal menciptakan gen baru: Kromosom Philadelphia menciptakan gen baru. Gen dari kromosom 9 bergabung dengan gen dari kromosom 22 untuk membuat gen baru yang disebut dengan BCR-ABL. Gen BCR-ABL berisi instruksi yang memberi tahu sel darah abnormal untuk memproduksi terlalu banyak protein, yang disebut dengan tirosin kinase. Tirosin kinase menyebabkan kanker dengan cara membiarkan sel darah tertentu tumbuh di luar kendali. 
  • Gen baru memungkinkan terlalu banyak sel darah yang sakit: Sel darah berasal dari sumsum tulang, bahan spons di dalam tulang. Saat sumsum tulang berfungsi dengan normal, maka ia menghasilkan sel-sel yang belum matang (sel induk darah) dengan cara yang terkontrol. Sel-sel ini kemudian matang dan berspesialisasi menjadi berbagai jenis sel darah yang beredar di tubuh, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pada CML, proses ini tidak bekerja dengan baik. Tirosin kinase yang disebabkan oleh gen BCR-ABL memungkinkan terlalu banyak sel darah putih untuk tumbuh. Sebagian besar atau semua sel ini mengandung kromosom Philadelphia yang abnormal. Sel darah putih yang sakit tidak tumbuh dan mati seperti sel normal. Sel-sel darah putih yang sakit menumpuk dalam jumlah besar, memadati sel-sel darah yang sehat dan merusak sumsum tulang. 

CML sedikit lebih umum terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Ini bisa terjadi pada usia berapa pun, tetapi sebagian besar memengaruhi individu usia 40 hingga 50-an. Meskipun sangat jarang pada usia muda, yaitu pada usia 20-29, CML bisa muncul dengan sendirinya dalam bentuk yang lebih agresif, seperti fase akselerasi atau fase blastik.

Terdapat lebih dari 4.000 kasus baru CML dari 30.000 kasus baru leukemia yang didiagnosis setiap tahun, mengutip National Organization for Rare Disorders. Ada peningkatan tingkat kejadian CML di antara orang-orang yang telah terpapar radiasi, seperti orang-orang yang selamat dari bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima.

Riwayat keluarga bukan merupakan faktor risiko dari CML. Sebab, mutasi yang mengakibatkan CML tidak diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya. Mutasi ini diyakini didapat, yang berarti bahwa berkembang sesudah lahir, seperti dilansir Mayo Clinic.

2. Tahapan perkembangan

Chronic Myelogenous Leukemia: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi chronic myelogenous leukemia (pexels.com/Muskan Anand)

CML mempunyai fase atau tahapan perkembangan yang berbeda. Penentuan stadium akan menentukan pengobatan yang tepat. Tahapannya didasarkan pada jumlah sel blast yang ada. Ini meliputi:

  • Fase kronis: Ini merupakan tahap paling awal dari CML. Penderita kondisi ini kemungkinan mempunyai beberapa gejala atau tidak sama sekali. Selama fase ini, sel darah putih masih dapat melawan infeksi dalam tubuh penderitanya. Dalam fase ini, penderita biasanya memiliki respons terbaik terhadap pengobatan. 
  • Fase akselerasi: Dalam fase ini, jumlah sel darah putih rendah, dan anemia (darah kekurangan zat besi) bisa terjadi. Selain itu, kadar trombosit juga berkurang, yang bisa mengakibatkan mudah memar atau berdarah. Ini karena trombosit membantu membentuk gumpalan darah. Selain itu, jumlah sel blast juga meningkat. Komplikasi yang cukup umum pada saat fase ini yaitu pembengkakan limpa, yang bisa menyebabkan sakit perut. Selama fase transisi ini, kanker menjadi lebih agresif. 
  • Fase blastik: Sejumlah besar sel blast hadir dalam fase lanjut ini. Gejala pada fase ini parah dan bisa mengancam nyawa.

3. Gejala

Chronic Myelogenous Leukemia: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi chronic myelogenous leukemia (pexels.com/Barbara Olsen)

Banyak pasien CML yang menunjukkan gejala nonspesifik ketika didiagnosis. CML umumnya didiagnosis ketika penderitanya menjalani tes darah untuk alasan lainnya.

Limpa yang membesar secara tidak normal (splenomegali) biasanya ditemukan pada pemeriksaan fisik. Terkadang, CML tidak menimbulkan gejala sama sekali. Jika gejala muncul, yang paling umum di antaranya:

  • Kelelahan. 
  • Kelemahan. 
  • Ketidaknyamanan perut.
  • Gatal. 
  • Keringat malam. 
  • Penurunan berat badan. 

Saat fase akselerasi atau blastik CML terjadi, maka individu yang terkena kemungkinan mengalami penurunan berat badan yang parah, demam tinggi, nyeri tulang, pembesaran hati dan limpa, nyeri pada sendi (artralgia), dan perdarahan yang muncul sebagai bercak perubahan warna keunguan pada kulit dan selaput lendir.

Baca Juga: Mengenal 7 Jenis Kanker Darah yang Ganas, Bukan Hanya Leukemia! 

4. Diagnosis

Chronic Myelogenous Leukemia: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

Karena CML biasanya tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, maka kanker ini sering terdeteksi selama tes darah rutin. Saat ada gejala, biasanya sulit diidentifikasi bahwa penyebabnya adalah CML. Apabila tes menunjukkan ada indikasi kanker pada pasien, maka biopsi tulang akan dilakukan untuk mendapatkan sampel sumsum tulang untuk dikirim ke laboratorium agar bisa dianalisis. Jarum khusus dengan tabung akan dimasukkan ke dalam tulang pinggul atau tulang dada pasien, dan sepotong kecil sumsum tulang akan disedot.

Setelah diagnosis ditegakkan, tes lain akan dilakukan untuk melihat bagaimana perkembangan kanker dalam tubuh pasien. Tes-tes ini akan membantu dokter untuk mengetahui perawatan mana yang paling efektif untuk pasien. Ini kemungkinan termasuk tes darah tambahan dan tes genetik.

Tes pencitraan seperti MRI, ultrasound, dan CT scan juga bisa digunakan untuk menentukan di mana kanker telah menyebar.

5. Pengobatan

Chronic Myelogenous Leukemia: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Terdapat beberapa pilihan perawatan untuk CML. Perawatan bisa bervariasi, tergantung kondisi kesehatan pasien dan perkembangan kanker. Berikut pilihan perawatan untuk CML:

  • Terapi yang ditargetkan: Terapi bertarget biasanya merupakan pengobatan lini pertama CML. Ini merupakan obat yang menyerang bagian tertentu dari sel kanker untuk membunuhnya. Dalam kasus CML, obat ini memblokir protein yang dibuat gen BCR-ABL. Mereka kemungkinan termasuk imatinib, dasatinib, dan nilotinib. 
  • Kemoterapi: Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Obat-obatan ini bersifat sistemik, yang berarti mereka melakukan perjalanan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kemoterapi bisa diberikan secara intravena maupun oral.
  • Transplantasi sumsum tulang: Transplantasi sumsum tulang bisa digunakan saat pengobatan lain gagal. Ini karena prosedurnya berisiko dan donor yang cocok kemungkinan sulit ditemukan. Dalam jenis transplantasi ini, kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker di sumsum tulang pasien sebelum sel-sel donor yang sehat dimasukkan ke dalam darah pasien untuk menggantikannya. Efek samping dari prosedur ini sangat bervariasi, bisa mencakup hal-hal ringan, seperti kedinginan dan kemerahan, atau komplikasi besar, seperti anemia, infeksi, dan katarak. Perawatan ini bisa digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan jenis perawatan lainnya.

6. Prognosis

Chronic Myelogenous Leukemia: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi chronic myelogenous leukemia (pexels.com/cottonbro)

Prognosis pasien dengan CML biasanya baik dan makin baik dari waktu ke waktu. Perawatan baru lebih baik dalam menargetkan tirosin kinase, protein yang menyebabkan CML. Demikian juga dengan penelitian skala besar yang menemukan pilihan pengobatan baru yang lebih efektif setiap tahunnya. Faktor-faktor yang bisa memengaruhi prognosis penderita CML meliputi:

  • Usia. 
  • Fase CML. 
  • Kesehatan secara keseluruhan.
  • Jumlah trombosit.
  • Apakah limpa pasien membesar.
  • Jumlah kerusakan tulang yang disebabkan oleh leukemia. 

Persentase orang yang hidup lima tahun sesudah didiagnosis CML yang diobati dengan imatinib yaitu 90 persen. Persentase diperkirakan terus meningkat karena lebih banyak pasien CML menggunakan terapi bertarget yang lebih baru.

Kebanyakan pasien CML tetap dalam fase kronis. Namun, jika pasien tidak merespons pengobatan dengan baik atau tidak menjalani pengobatan, penyakit bisa berkembang ke fase akselerasi atau blastik.

Harapan hidup lebih pendek pada penyakit tahap lanjut. Namun, faktor kesehatan dan gaya hidup tertentu juga bisa memengaruhi tingkat kelangsungan hidup pasien.

Diagnosis chronic myelogenous leukemia bisa mengejutkan, menakutkan, dan membuat frustrasi. Untungnya, pilihan pengobatan lanjutan telah secara drastis meningkatkan tingkat kelangsungan hidup untuk jenis leukemia ini.

Konsultasi dengan dokter dapat membantu mengendalikan kondisi. Pasien juga bisa mempertimbangkan untuk bergabung dengan kelompok pendukung yang dapat menawarkan dorongan mental, emosional, dan spiritual selama masa pengobatan.

Baca Juga: Orang Tua Perlu Waspada, Ini 10 Gejala Leukemia pada Anak

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya