7 Fakta Gangguan Kesehatan Mental pada Anak

Orangtua harus lebih peka dengan perubahan perilaku anaknya

Intinya Sih...

  • Orangtua harus lebih peka terhadap perubahan perilaku anak
  • Gangguan kesehatan mental pada anak disebabkan oleh faktor genetik, biologis, psikologis, stres lingkungan, dan susah tidur
  • Gejala gangguan kesehatan mental pada anak berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya

Ssulit untuk mendeteksi kondisi kesehatan mental pada anak-anak karena pertumbuhan pada masa kanak-kanak pada umumnya merupakan proses yang melibatkan perubahan. Anak-anak berbeda dengan orang dewasa karena mereka mengalami banyak perubahan fisik, mental, dan emosional, seiring dengan kemajuan pertumbuhan dan perkembangan alami mereka. Selain itu, gejala suatu gangguan mental  kemungkinan bergantung pada usia anak. Anak kecil kemungkinan tidak bisa mengungkapkan perasaannya atau menjelaskan mengapa mereka berperilaku demikian.

Akibatnya, banyak gangguan kesehatan mental pada anak yang tidak diketahui dan tidak diobati. Mengutip laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), secara global diperkirakan 1 dari 7 anak (sekitar 14 persen) yang berusia 10-19 tahun, mengalami kondisi kesehatan mental, namun sebagian besar kondisi ini masih belum diketahui dan mendapat penanganan.

Nah, berikut ini deretan fakta seputar gangguan kesehatan mental pada anak termasuk penyebab dan gejalanya, yang perlu dibaca oleh para orangtua agar bisa lebih waspada dengan kondisi mental anaknya.

1. Apa penyebab gangguan kesehatan mental pada anak-anak?

7 Fakta Gangguan Kesehatan Mental pada Anakilustrasi anak perempuan menjadi korban bullying (freepik.com/master1305)

Seperti kebanyakan gangguan kesehatan mental pada usia berapa pun, gangguan mental pada anak-anak tidak memiliki satu penyebab pasti. Sebaliknya, orang dengan penyakit ini cenderung memiliki sejumlah faktor, seperti:

  • Genetik: Gangguan mental bisa disebabkan oleh faktor genetik. Faktanya, anak-anak dan remaja yang orangtuanya memiliki gangguan mental, berisiko 4 kali lebih besar untuk memiliki penyakit tersebut.
  • Biologis: Secara biologis, penyakit mental cenderung dihubungkan dengan tingkat neurotransmiter yang tidak normal, seperti serotonin atau dopamin di otak, penurunan ukuran beberapa area otak, serta peningkatan aktivitas di area otak lainnya. 
  • Psikologis: Faktor risiko psikologis penyakit mental pada anak yaitu mencakup rendahnya harga diri, citra tubuh yang buruk, kecenderungan sangat kritis terhadap diri sendiri, dan perasaan tidak berdaya saat menghadapi peristiwa negatif.
  • Stres lingkungan: Penyakit mental pada masa kanak-kanak kemungkinan merupakan reaksi terhadap tekanan lingkungan, yang mengacu pada lingkungan yang negatif. 
  • Susah tidur: Insomnia pada masa kanak-kanak telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan mental. 

Selain itu, anak-anak yang memiliki riwayat kemiskinan, terisolasi secara sosial, konfik orangtua, perpecahan keluarga, memiliki aktivitas fisik yang rendah, prestasi akademi yang buruk, atau kehilangan orang yang dicintai, juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit mental, mengutip Medicinenet.

2. Apa saja jenis gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi pada anak-anak?

7 Fakta Gangguan Kesehatan Mental pada Anakilustrasi anak laki-laki mengalami depresi (freepik.com/freepik)

Ada banyak sekali kelainan mental yang memengaruhi setiap anak secara berbeda. Di antara gangguan skala besar, gangguan berikut yang paling sering terjadi pada anak:

  • Gangguan kecemasan: Gangguan kecemasan seperti kecemasan akan perpisahan dan gangguan panik, sering terlihat pada anak kecil yang sangat bergantung pada orang dewasa. Anak-anak dengan gangguan kecemasan merespons hal atau situasi tertentu dengan ketakutan, serta tanda-tanda fisik kecemasan (gugup) seperti detak jantung yang cepat dan berkeringat.
  • Depresi: Depresi merupakan gangguan mood yang sangat umum yang dialami sekitar 10 hingga 15 persen anak-anak dan remaja sebelum mereka mencapai usia dewasa.
  • Gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD): Anak-anak dengan gangguan ini bersifat hiperaktif dan kesulitan untuk mengendalikan impuls dan memperhatikan. ADHD merupakan gangguan mental yang paling sering didiagnosis pada anak-anak.
  • Gangguan makan: Gangguan makan melibatkan emosi dan sikap yang intens, serta perilaku yang tidak biasa terkait dengan berat badan dan/atau makanan. Ini umumnya berkembang bersamaan dengan gangguan mental lainnya. Perilaku makan yang bermasalah bisa mencakup anoreksia, bulimia, atau makan secara berlebihan.

Gangguan mental berikut juga bisa terjadi pada anak:

  • Skizofrenia: Skizofrenia biasanya didiagnosis antara akhir remaja dan awal usia 30-an. Ketika remaja didiagnosis kondisi ini sebelum usia 18 tahun, maka disebut dengan skizofrenia awitan dini. 
  • Gangguan perilaku mengganggu: Anak-anak dengan gangguan ini cenderung menentang atura dan sering kali mengganggu lingkungan yang terstruktur, seperti sekolah.
  • Gangguan afektif (suasana hati): Gangguan ini melibatkan perasaan yang sedih terus-menerus dan/atau suasana hati yang berubah dengan cepat, termasuk bipolar dan depresi.
  • Gangguan tic: Gangguan ini mengakibatkan seseorang melakukan gerakan dan suara yang berulang-ulang, tiba-tiba, tidak sengaja dan sering kali tidak berarti. Gangguan tic biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, dan pertama kali muncul pada usia sekitar 5 tahun. Kondisi ini lebih umum pada laki-laki daripada perempuan.

Baca Juga: 7 Gangguan Kesehatan Mental yang Ditanggung BPJS Kesehatan

3. Apa saja tandanya jika anak mengalami gangguan kesehatan mental?

7 Fakta Gangguan Kesehatan Mental pada Anakilustrasi anak perempuan sedang menangis (freepik.com/drobotdean)

Gejala gangguan kesehatan mental pada anak-anak berbeda-beda, tergantung jenis penyakit mentalnya. Namun berikut ini adalah tanda-tanda umum gangguan kesehatan mental pada anak:

  • Tanda-tanda emosi dan perilaku:
  1. Tampak tidak menikmati hal-hal seperti dulu.
  2. Tampak sedih atau tidak bahagia, atau banyak menangis.
  3. Takut atau sangat khwatir.
  4. Telah berulang kali mengamuk atau secara konsisten berperilaku menantang atau agresif.
  5. Menjadi sangat kesal karena berpisah dari orangtua atau menghindari situasi sosial.
  6. Mulai berperilaku dengan cara yang sudah tidak bisa lagi mereka lakukan karena sudah tidak wajar dilakukan untuk anak seusianya seperti mengompol atau menghisap jempol.
  7. Mengalami kesulitan untuk memperhatikan, tidak bisa duduk diam, atau gelisah.
  • Tanda-tanda fisik:
  1. Tidak bisa tidur nyenyak atau ketiduran.
  2. Mengalami kesulitan untuk bangun dari tempat tidur.
  3. Mengalami kesulitan makan atau makan berlebihan.
  4. Telah kehilangan atau menambah banyak berat badan.
  5. Menderita nyeri fisik yang tidak diketahui penyebabnya secara medis, contohnya seperti mual, sakit perut, sakit kepala, atau nyeri fisik lainnya.
  • Tanda-tanda di sekolah dan lingkungan sosial: Jika anak sudah sekolah, maka orangtua mungkin akan melihat perubahan berikut karena anaknya mengalami gangguan kesehatan mental:
  1. Tidak melakukannya dengan baik seperti biasa di sekolah.
  2. Tidak mau sekolah.
  3. Mengalami masalah dalam menyesuaikan diri di sekolah atau bergaul dengan anak lain.
  4. Tidak mau melakukan apa yang diminta gurunya.
  5. Telah menarik diri dari teman-temannya.
  6. Tidak ingin pergi ke acara sosial seperti pesta ulang tahun atau kegiatan biasa seperti olahraga.

Jika orangtua melihat salah satu atau beberapa dari tanda-tanda tersebut pada anaknya, dan tanda-tanda tersebut berlangsung selama lebih dari beberapa minggu, maka penting untuk berbicara dengan anaknya dan kemudian mendapatkan bantuan profesional seperti psikiater atau psikolog anak dan remaja.

4. Bagaimana cara dokter mendiagnosis gangguan kesehatan mental pada anak-anak?

7 Fakta Gangguan Kesehatan Mental pada Anakilustrasi seorang anak perempuan sedang memeluk boneka (freepik.com/freepik)

Sama halnya seperti pada orang dewasa, gangguan kesehatan mental pada anak didiagnosis berdasarkan tanda dan gejala. Namun, mendiagnosis penyakit mental pada anak dapat menjadi sangat sulit, karena banyak perilaku yang dianggap sebagai gejala gangguan kesehatan mental (seperti rasa malu, cemas, gugup, kebiasaan makan yang aneh, dan mudah marah) bisa terjadi sebagai bagian normal dari perkembangan anak. Meski begitu, perilaku bisa menjadi gejala jika sering terjadi, berlangsung lama, atau menimbulkan gangguan yang signifikan terhadap kehidupan anak dan/atau keluarga.

Jika ada gejala, maka dokter akan memulai evaluasi dengan memeriksa riwayat kesehatan dan perkembangan lengkap serta pemeriksaan fisik. Meskipun tidak ada tes laboratorium yang secara spesifik bisa mendiagnosis gangguan mental, dokter kemungkinan menggunakan berbagai tes diagnostik seperti tes darah dan neuroimaging, untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit fisik atau efek samping dari pengobatan sebagai penyebab dari gejala yang dimiliki pasiennya.

Jika tidak ditemukan penyakit fisik, maka pasien anak tersebut akan dirujuk oleh dokter ke psikiater atau psikolog anak dan remaja, yang merupakan profesional perawatan kesehatan yang dilatih khusus untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit mental pada anak dan remaja. Nah, untuk mendiagnosis gangguan mental pada anak, psikiater dan psikolog menggunakan wawancara dan penilaian yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gangguan mental pada anak.

Psikiater atau psikolog mendiagnosis gangguan mental pada anak berdasarkan laporan gejala yang dialami pasien anak dan pengamatan terhadap sikap dan perilaku anak. Namun, mereka sering kali juga harus mengandalkan laporan dari orangtua pasien anak, guru, dan orang dewasa lainnya, karena pasien anak sering kali kesulitan untuk menjelaskan masalahnya atau memahami gejalanya. Setelah itu, barulah psikolog atau psikiater bisa menentukan apakah gejala yang dialami pasien anak mengarah ke gangguan mental tertentu.

5. Bagaimana perawatan gangguan kesehatan mental pada anak-anak?

7 Fakta Gangguan Kesehatan Mental pada Anakilustrasi anak perempuan memegang obat (freepik.com/freepik)

Untuk saat ini, banyak pilihan pengobatan yang digunakan untuk anak-anak termasuk banyak obat, sama seperti yang digunakan pada orang dewasa, namun dengan dosis yang berbeda. Pilihan pengobatan yang paling umum digunakan untuk gangguan kesehatan mental pada anak yaitu meliputi:

  • Obat-obatan: Obat-obatan yang sering digunakan untuk mengatasi gangguan mental pada anak yaitu meliputi obat anticemas, stimulan, antipsikotik, antidepesan, dan obat penstabil mood.
  • Psikoterapi: Psikoterapi (sejenis konseling yang disebut terapi) membahas respons emosional terhadap penyakit mental. Ini merupakan proses di mana profesional kesehatan mental terlatih membantu pasien untuk menghadapi penyakit mereka, sering kali dengan membicarakan strategi untuk memahami dan menangani gejala, pikiran, dan perilaku mereka. Jenis psikoterapi yang sering digunakan pada anak yaitu terapi suportif, kognitif-perilaku, interpersonal, kelompok, dan keluarga.
  • Terapi kreatif: Terapi tertentu, seperti terapi seni atau terapi bermain, kemungkinan dapat membantu terutama pada anak kecil yang mungkin kesulitan untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaannya.

6. Bagaimana cara orangtua memberi dukungan kepada anaknya yang menderita gangguan kesehatan mental?

7 Fakta Gangguan Kesehatan Mental pada Anakilustrasi dokter berjabat tangan dengan pasien anak (freepik.com/ArtPhoto_studio)

Dalam hal mencari perawatan, sebaiknya orangtua memulai dengan dokter anaknya. Mereka bisa menghubungkan anaknya dengan seorang profesional yang bisa membantu mengevaluasi, mendiagnosis, dan menangani kondisi anaknya. Selain itu, jika memungkinkan, orangtua sebaiknya melibatkan guru anaknya untuk memberikan informasi terbaru tentang kemajuan anaknya, mengoordinasikan perawatan, dan menjalin jalur komunikasi jika ada kekhawatiran. Ada baiknya juga jika orangtua untuk berbicara dengan spesialis perilaku di sekolah anaknya untuk menemukan sumber tambahan.

Selain itu, orangtua juga sebaiknya mendorong anak untuk makan makanan yang sehat dan rutin berolahraga, serta waktu di luar ruangan untuk mendapatkan udara yang segar. Orangtua juga sebaiknya mendorong anaknya untuk menjalin persahabatan dengan anak lain seusianya dan melakukan interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya, agar anaknya tidak semakin menarik diri.

Selain itu, orangtua juga harus memberi tahu anaknya bahwa mereka dicintai dan juga didukung, serta mengingatkan kepada anaknya untuk berbicara dengan mereka atau atau orang dewasa lain yang mereka percaya jika ingin mencurahkan isi hatinya.

7. Bagaimana cara mencegah gangguan kesehatan mental pada anak-anak?

7 Fakta Gangguan Kesehatan Mental pada Anakilustrasi anak laki-laki tersenyum kepada ayahnya (freepik.com/freepik)

Upaya pencegahan penyakit mental pada masa kanak-kanak, cenderung mengatasi faktor risiko, memperkuat faktor pelindung, dan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak. Program semacam ini seringkali menggunakan pendekatan perilaku kognitif dan/atau interpersonal, serta strategi pencegahan berbasis keluarga, karena penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini cenderung yang paling membantu.

Nah, berikut ini faktor pelindung penyakit mental pada masa kanak-kanak:

  • Mencegah paparan terhadap kekerasan komunitas.
  • Memiliki keterlibatan orang dewasa yang suportif.
  • Hubungan teman dan keluarga yang kuat dan konsisten.
  • Keterampilan mengatasi masalah yang sehat.
  • Regulasi emosional.

Anak-anak yang menderita gangguan kesehatan mental harus segera mendapatkan perawatan, karena tanpa pengobatan, banyak gangguan mental yang bisa berlanjut hingga dewasa dan menyebabkan masalah di seluruh bidang kehidupan orang dewasa. Selain itu, anak-anak dan remaja dengan masalah kesehatan mental, berisiko memiliki prestasi pendidikan yang lebih rendah, keterlibatan yang lebih besar dalam sistem peradilan pidana, dan lebih sedikit penempatan yang stabil dan berjangka panjang dalam sistem kesejahteraan anak dibandingkan dengan teman-teman mereka.

Sebaliknya jika gangguan kesehatan mental ditangani dengan tepat dan dini, maka banyak anak yang bisa pulih sepenuhnya dari gangguan mentalnya atau berhasil mengendalikan gejalanya. Bahkan meskipun beberapa anak menjadi orang dewasa yang cacat karena kelainan kronis atau parah, banyak orang yang mengalami penyakit mental seperti depresi atau gangguan kecemasan, mampu menjalani kehidupan yang utuh dan juga produktif.

Baca Juga: 5 Hal Penting Seiring Awareness akan Kesehatan Mental, Temui Ahlinya!

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

Hobi nulis dan travelling

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya