Fibrilasi Atrium: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Bisa menyebabkan stroke jika tidak segera diobati

Fibrilasi atrium atau atrial fibrillation (A-fib) adalah jenis gangguan irama jantung (aritmia) yang paling umum, yang bisa mengganggu aliran darah normal.

Kondisi ini menyebabkan jantung berdetak tidak teratur dan secara signifikan bisa meningkatkan detak jantung, yang menyebabkan ruang atas dan bawah jantung tidak bekerja sama dengan baik, menurut keterangan dari National Heart, Lung, and Blood Institute.

Fibrilasi atrium dimulai di ruang atas jantung (atrium). Fibrilasi mengacu pada detak jantung yang cepat dan tidak teratur. Sementara detak jantung istirahat normal adalah 60 hingga 100 denyut per menit (bpm), fibrilasi atrium bisa menyebabkan atrium berdetak 300 hingga 600 denyut per menit (bpm), dilansir Cleveland Clinic.

Fibrilasi atrium bisa menyebabkan sejumlah gejala. Namun, pada beberapa orang fibrilasi atrium tidak menimbulkan gejala apa pun. Meski begitu, kondisi ini bisa menempatkan seseorang pada risiko yang lebih tinggi untuk terkena stroke, terlepas dari ada gejala atau tidak.

1. Penyebab dan faktor risiko

Fibrilasi Atrium: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi fibrilasi atrium (secondscount.org)

Dilansir Everyday Health, dengan detak jantung yang normal, dua ruang atas jantung secara elektrik aktif serta berkontraksi, dan dua ruang bawah jantung (ventrikel) melakukan hal yang sama. Ini memungkinkan atrium memompa darah ke ventrikel, dan ventrikel memompa darah ke paru-paru (sisi kanan) dan seluruh tubuh (sisi kiri). 

Pada fibrasi atrium, banyak impuls listrik berbeda yang terjadi sekaligus di atrium yang menyebabkan kontraksi yang sangat cepat dan tidak teratur. Ini berarti atrium tidak bisa memompa darah secara efektif ke dalam ventrikel. Karena impuls listrik yang tidak teratur yang dimulai di atrium, ventrikel juga bisa berkontraksi dengan sangat cepat dan tidak teratur. Akibatnya, mereka tidak memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. 

Selain itu, banyak orang dengan fibrasi atrium mempunyai kondisi jantung yang mendasarinya atau pernah mengalami peristiwa masa lalu yang telah mengubah fungsi listrik atau mekanik jantung. Kondisi tersebut antara lain:

  • Tekanan darah tinggi
  • Penyakit katup jantung
  • Serangan jantung
  • Penyakit arteri koroner (CAD)
  • Operasi jantung
  • Cacat jantung bawaan

Kondisi kesehatan lain juga bisa meningkatkan risiko mengembangkan fibrilasi atrium, seperti:

  • Penyakit ginjal kronis
  • Diabetes
  • Penyakit paru-paru
  • Kegemukan
  • Hipertiroidisme (tiroid yang terlalu aktif)
  • Apnea tidur
  • Sarkoidosis (penyakit radang yang memengaruhi organ)
  • Infeksi virus
  • Tromboemboli vena (bekuan darah)

Pada beberapa orang dengan fibrilasi atrium, penyebab yang mendasari tidak pernah diidentifikasi. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan namun bisa meningkatkan risiko fibrilasi atrium. Ini termasuk:

  • Usia yang lebih tua (terutama 65 atau lebih tua)
  • Riwayat keluarga fibrilasi atrium
  • Keturunan Eropa

Aspek-aspek tertentu dari gaya hidup juga bisa berkontribusi terhadap fibrilasi atrium, yang dapat meliputi:

  • Merokok
  • Kurangnya aktivitas fisik
  • Latihan ekstrem
  • Minum alkohol
  • Menggunakan obat stimulan rekreasional (seperti kokain)

2. Tanda dan gejala

Fibrilasi Atrium: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi penyakit jantung (pexels.com/freestocks.org)

Fibrilasi atrium bisa menyebabkan gejala yang nyata pada banyak orang. Namun, beberapa orang mungkin tidak mengembangkan gejala sama sekali. Jika gejala muncul, ini bisa termasuk:

  • Jantung berdebar (jantung berpacu atau berdebar kencang, detak jantung terasa tidak teratur).
  • Nyeri dada.
  • Kelelahan.
  • Kelemahan.
  • Berkurangnya kemampuan untuk berolahraga.
  • Kesulitan bernapas, terutama ketika berbaring atau saat beraktivitas.
  • Pusing atau pingsan.

Gejala kemungkinan berkisar dari sangat ringan hingga signifikan, dan bisa berubah seiring waktu. Waktu dan gejala spesifik yang dialami bisa sangat penting untuk membantu dokter dalam menegakkan diagnosis dan mengobati kondisi ini. 

Penting untuk melacak gejala dengan mencatat kapan saja gejala terjadi, berapa lama gejala berlangsung, seberapa parah, dan apa yang dilakukan ketika gejala itu muncul.

Baca Juga: Gagal Jantung: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

3. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Fibrilasi Atrium: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi stroke (stroke.org)

Gumpalan darah merupakan komplikasi berbahaya dari fibrilasi atrium yang bisa menyebabkan stroke. Pada fibrilasi atrium, irama jantung yang kacau bisa menyebabkan darah terkumpul di ruang atas jantung (atrium) dan membentuk gumpalan.

Jika bekuan darah di bilik kiri atas (atrium kiri) terlepas dari area jantung, ia bisa mengalir ke otak dan menyebabkan stroke. Risiko stroke akibat fibrilasi atrium akan meningkat seiring bertambahnya usia. Kondisi kesehatan lain juga bisa meningkatkan risiko stroke karena fibrilasi atrium. Ini termasuk:

  • Tekanan darah tinggi
  • Gagal jantung
  • Beberapa penyakit katup jantung
  • Diabetes

Pengencer darah biasanya diresepkan untuk mencegah pembekuan darah dan stroke pada penderita fibrilasi atrium.

4. Diagnosis

Fibrilasi Atrium: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

Dilansir Healthline, beberapa tes berbeda bisa dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi dengan fungsi jantung pasien. Dokter bisa menggunakan satu atau lebih dari tes berikut untuk mendiagnosis fibrilasi atrium. Ini termasuk:

  • Pemeriksaan fisik untuk memeriksa denyut nadi, tekanan darah, dan paru-paru pasien.
  • Elektrokardiogram (EKG), tes yang merekam impuls listrik jantung pasien selama beberapa detik.

Jika fibrilasi atrium tidak terdiagnosis selama EKG, dokter kemungkinan meminta pasien memakai monitor EKG portabel atau mencoba jenis tes lain. Tes ini meliputi:

  • Monitor Holter: Perangkat portabel kecil yang dipakai pasien selama 24 hingga 48 jam untuk memantau jantungnya.
  • Monitor acara jantung: Perangkat yang digunakan untuk merekam jantung hanya pada waktu tertentu atau pada saat pasien mengalami gejala fibrilasi atrium.
  • Ekokardiogram: Tes noninvasif yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung yang bergerak.
  • Ekokardiogram transesofageal: Versi invasif dari ekokardiogram yang dilakukan dengan menempatkan probe di kerongkongan.
  • Tes stres: Memantau jantung pasien selama berolahraga.
  • Rontgen dada: Untuk melihat jantung dan paru-paru pasien.
  • Tes darah: Untuk memeriksa kondisi tiroid dan metabolisme.

5. Pengobatan

Fibrilasi Atrium: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi minum obat (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Perawatan fibrilasi atrium bertujuan untuk memperbaiki gejala dan mengurangi risiko komplikasi. Obat resep kemungkinan cukup untuk mengobati gejala pada banyak orang. Meski begitu, dokter bisa merekomendasikan intervensi medis dalam beberapa keadaan. 

Selain itu, dokter akan menilai gejala pasien, gaya hidup, status kesehatan yang mendasari,dan fungsi jantung, untuk mengembangkan rencana pengobatan yang komprehensif. Perawatan kemungkinan melibatkan hal-hal berikut:

  • Obat-obatan: Obat-obatan bisa mengontrol detak jantung seseorang, mencegah pembentukan gumpalan, dan dalam beberapa kasus, menormalkan irama jantung.

  • Mengelola detak jantung: Jika detak jantung tinggi, menurunkannya penting untuk mencegah gagal jantung dan mengurangi gejala fibrilasi atrium. Beberapa obat bisa membantu dengan memperlambat sinyal yang memberi tahu jantung untuk berdetak. Ini termasuk beta-blocker (seperti metoprolol dan atenolol), penghambat saluran kalsium (verapamil dan diltiazem), dan digoksin.

  • Mencegah penggumpalan darah: Dokter kemungkinan akan meresepkan obat antikoagulan atau pengencer darah. Karena membuat darah lebih sulit untuk membeku, mengonsumsi obat pengencer darah bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami pendarahan yang berlebihan. Namun, bagi kebanyakan orang, manfaat mencegah penggumpalan darah lebih besar daripada risiko pendarahan. Dokter bisa menentukan apakah pasien perlu minum obat pengencer darah atau tidak. Mereka akan melakukan ini dengan menentukan skor CHA2 DS2-Vasc. Beberapa obat pengencer darah termasuk antikoagulan oral kerja langsung, termasuk apixaban, rivaroxaban, edoxaban, dan dagibratan, serta yang lebih jarang yaitu warfarin. Seseorang yang memakai warfarin atau agen antipembekuan darah lainnya, harus memberi tahu profesional medis yang merawat kondisi mereka tentang obat yang saat ini mereka konsumsi. Ini sangat penting selama perawatan kondisi lain atau sebelum operasi.
  • Menormalkan irama jantung: Alih-alih meresepkan obat pengontrol detak jantung, dokter mungkin akan mencoba mengembalikan irama jantung ke normal menggunakan obat. Ini disebut kardioversi kimia atau farmakologis. Obat yang disebut penghambat saluran natrium seperti fiecainide, dan penghambat saluran kalium, seperti amiodarone, adalah contoh obat yang membantu mengubah fibrilasi atrium menjadi irama jantung yang teratur. Ini adalah anti-aritmia. Sering kali, bahkan setelah irama jantung kembali normal, pasien kemungkinan perlu minum obat pengencer darah.

  • Prosedur tambahan: Saat pasien tidak merespons secara positif terhadap pengobatan, maka prosedur tambahan mungkin dibutuhkan. Ini bisa membantu mengontrol detak jantung, menormalkan irama jantung, atau mencegah komplikasi dari fibrilasi atrium. Beberapa prosedur yang kemungkinan akan direkomendasikan dokter meliputi:

    - Kardioversi listrik: Seorang ahli bedah akan memberikan kejutan listrik yang disinkronkan ke jantung. Ini bisa mengatur ulang ritme yang tidak teratur menjadi irama yang teratur. Sebelum melakukan kardioversi, mereka akan sering melakukan ekokardiogram transesofageal untuk menghasilkan gambar jantung. Ahli bedah akan melakukan prosedur ini untuk memastikan tidak ada gumpalan di jantung. Jika ada gumpalan, maka dokter akan meresepkan obat antikoagulan selama beberapa minggu untuk melarutkannya. Kardioversi bisa dilakukan setelah bekuan darah larut.

    - Ablasi kateter: Ini menghancurkan jaringan yang menyebabkan ritme tidak teratur. Ahli bedah kemungkinan perlu mengulangi prosedur ini jika fibriasi atrium kambuh.

    - Ablasi bedah: Ahli bedah juga bisa mengangkat jaringan jantung yang menyebabkan ritme tidak teratur dalam operasi jantung terbuka (prosedur labirin). Sering kali, mereka hanya akan melakukan prosedur ini bersamaan prosedur jantung lainnya.

    - Penempatan alat pacu jantung: Perangkat ini menginstruksikan jantung untuk berdetak secara teratur. Ahli bedah terkadang akan menempatkan alat pacu jantung pada pasien yang menderita fibrilasi atrium intermiten.

Saat dokter merasa bahwa kondisi lain seperti hipertiroidisme atau sleep apnea  bertanggung jawab terhadap fibrilasi atrium, maka mereka akan mengobati kondisi yang mendasarinya bersama dengan aritmia.

Sementara fibrilasi atrium selalu dianggap sebagai kondisi yang serius, terkadang kondisi ini akan sembuh dengan sendirinya dan tidak menyebabkan komplikasi apa pun. Di ujung lain spektrum, fibrilasi atrium kemungkinan permanen dan resistan terhadap pengobatan, yang mengarah ke risiko tinggi komplikasi serius. 

Jika seseorang didiagnosis fibrilasi atrium, maka prognosisnya tergantung pada penyebab yang diketahui atau dicurigai, seberapa sering ia mengalaminya, dan apakah itu menyebabkan gejala yang nyata.

Baca Juga: Murmur Jantung: Jenis, Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya