Limpa Pecah: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Limpa adalah organ tubuh yang seukuran dengan kepalan tangan dan terletak di bawah tulang rusuk kiri dekat perut. Organ yang merupakan bagian dari sistem limfatik ini mengandung sel darah putih khusus yang mampu menghancurkan bakteri dan membantu tubuh melawan infeksi. Limpa juga berfungsi untuk memproduksi sel darah merah serta menyaring sel darah merah yang sudah tua dari sirkulasi tubuh.
Tahukah kamu kalau limpa bisa pecah di dalam tubuh? Ini merupakan kondisi darurat medis. Tanpa perawatan sesegera mungkin, limpa yang pecah dapat menimbulkan pendarahan internal yang bisa mengancam jiwa. Apa yang bisa terjadi dalam tubuh saat limpa pecah? Baca terus informasinya berikut ini, ya!
1. Limpa pecah paling sering terjadi akibat trauma tumpul
Limpa memiliki permukaan yang dilindungi oleh lapisan jaringan yang disebut sebagai kapsul limpa. Ketika mengalami cedera pada lapisan ini, kapsul limpa bisa bocor dan inilah yang disebut sebagai kondisi limpa pecah.
Penyebab cedera pada limpa yang paling umum adalah pukulan langsung yang keras atau kencang hingga mengakibatkan trauma tumpul. Limpa sendiri merupakan organ yang paling sering rusak akibat cedera tumpul di perut. Splenomegali atau pembesaran limpa juga sering menyebabkan cedera limpa.
Dilansir Cleveland Clinic, ada beberapa penyebab lain cedera limpa, yang meliputi:
- Kecelakaan mobil, sepeda motor, atau sepeda
- Cedera karena olahraga fisik seperti sepak bola dan semacamnya
- Penyerangan
Sejumlah penyakit juga mungkin meningkatkan risiko pecahnya limpa, misalnya:
- Infeksi seperti mononukleosis atau malaria
- Kanker seperti limfoma yang menyebabkan pembesaran limpa
- Gangguan metabolisme
- Penyakit hati
2. Apa gejala limpa pecah?
Mengutip WebMD, limpa yang pecah dapat mengakibatkan sakit perut yang parah, meski ini tak selalu terjadi. Nyeri juga mungkin dirasakan di sisi kiri perut di bawah tulang rusuk atau bisa juga di bahu kiri. Ini karena bahu kiri dan sisi kiri diafragma berasal dari lokasi yang sama dengan limpa.
Limpa yang pecah bisa memicu pendarahan internal yang selanjutnya mungkin berimbas pada penurunan tekanan darah. Seandainya ini terjadi, bisa timbul gejala seperti:
- Penglihatan kabur
- Kebingungan
- Pusing
- Pingsan
- Tanda-tanda syok, termasuk kegelisahan, kecemasan, mual, dan pucat
3. Tingkat keparahan cedera limpa
Tingkat keparahan gejala dan lokasi rasa sakit bergantung pada seberapa parah dan berapa banyak darah yang keluar. Dilansir Medical News Today, tingkat keparahan limpa pecah bisa diklasifikasi menjadi:
- Tingkat 1: merupakan robekan pada kapsul limpa yang dalamnya kurang dari 1 sentimeter (cm). Penumpukan darah beku atau hematoma mungkin terjadi di bawah kapsul dan hematoma akan menutupi kurang dari 10 persen luas permukaan limpa.
- Tingkat 2: pada tahap ini, robekan pada kapsul limpa mencapai 1 hingga 3 cm dan tidak melibatkan cabang arteri limpa. Hematoma akan menutupi sekitar 10 sampai 50 persen luas permukaan limpa. Hematoma juga bisa terjadi di jaringan organ dengan diameter kurang dari 5 cm.
- Tingkat 3: cedera tingkat ini terjadi ketika robekan kapsul limpa lebih dari 3 cm dalamnya dan melibatkan arteri limpa. Hematoma akan menutupi lebih dari setengah luas permukaan limpa dan terdapat hematoma pada jaringan organ yang berukuran lebih dari 5 cm serta mungkin meluas.
- Tingkat 4: robekan telah mengoyak pembuluh darah segmental atau hilus, sehingga mengakibatkan hilangnya suplai darah organ hingga 25 persen.
- Tingkat 5: robekan yang terjadi sudah sangat parah sampai mengoyak pembuluh darah tertentu dan mengakibatkan hilangnya suplai darah ke organ secara total. Pada tahap ini hematoma telah menghancurkan limpa sepenuhnya.
Baca Juga: Kista Baker: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan
4. Diagnosis limpa pecah
Editor’s picks
Pemeriksaan limpa yang pecah diperlukan untuk membantu dokter menentukan metode perawatan apa yang sesuai, apakah perlu operasi atau tidak. Dilansir Mayo Clinic, tes dan prosedur untuk mendiagnosis limpa yang pecah dapat berupa:
- Pemeriksaan fisik: dokter akan menekan perut untuk menentukan ukuran limpa dan guna mengetahui apakah limpa lunak atau tidak.
- Tes darah: dilakukan untuk mengevaluasi jumlah trombosit dan seberapa baik pembekuan darah pasien.
- Memeriksa darah di rongga perut: ultrasound atau pengambilan sampel cairan di perut bisa diterapkan untuk memeriksa apakah terdapat darah di perut. Bila ada darah, operasi darurat mungkin dibutuhkan.
- Tes pencitraan di perut: ini mungkin diperlukan untuk memperjelas diagnosis. Pemindaian CT pada perut, pewarna kontras, atau tes pencitraan lain merupakan pilihan yang mungkin digunakan dokter untuk mencari penyebab pasti dari gejala.
5. Pengobatan limpa pecah
Perawatan atau pengobatan untuk kondisi limpa pecah tergantung pada tingkat keparahannya. Sebagian pasien butuh operasi darurat, sementara yang lainnya bisa sembuh dengan istirahat cukup di rumah sakit. Banyak kasus luka atau cedera ringan hingga sedang pada limpa yang bisa sembuh tanpa operasi.
Tes pencitraan seperti pemindaian CT rutin mungkin diperlukan untuk memeriksa apakah limpa sudah sembuh dan untuk menentukan apakah limpa tetap perlu pembedahan.
Pembedahan untuk limpa pecah biasanya mencakup:
- Memperbaiki limpa: dokter bisa menerapkan jahitan atau teknik bedah lain untuk memperbaiki limpa yang cedera.
- Pengangkatan limpa (splenektomi): pada kondisi yang parah, limpa mungkin perlu diangkat. Jika prosedur ini dilakukan, pasien akan memiliki risiko yang lebih tinggi terkena infeksi serius seperti sepsis, dan risiko ini semakin tinggi pada anak kecil.
- Mengangkat sebagian limpa: tergantung pada pecahnya, splenektomi parsial atau mengangkat limpa sebagian dapat dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi akibat pengangkatan seluruh limpa.
Meski operasi limpa umumnya aman, tetapi tetap ada potensi risiko seperti perdarahan, pembekuan darah, infeksi, dan pneumonia.
6. Limpa pecah tidak dapat dicegah
Limpa pecah yang diakibatkan oleh cedera traumatis tidak bisa dicegah. Meski begitu, ada beberapa hal yang masih bisa dilakukan untuk mengurangi risikonya.
Misalnya, bila memiliki kondisi seperti mononukleosis atau penyakit lain yang berpotensi memicu pembengkakan limpa, maka seseorang harus mengihindari aktivitas yang bisa meningkatkan risiko cedera pada limpa, termasuk olaharga yang banyak melibatkan kontak fisik seperti basket, sepak bola, dan lain-lain.
7. Bagaimana hidup tanpa limpa?
Kita masih bisa hidup tanpa limpa. Namun, ini bisa meningkatkan risiko yang lebih tinggi untuk berbagai infeksi yang berpotensi mengancam nyawa. Karenanya, penting bagi penyintas limpa pecah untuk mendapatkan vaksinasi terhadap sejumlah penyakit akibat bakteri, seperti vaksin meningokokus, pneumonia, termasuk Haemophilus influenzae tipe B. Vaksin biasanya diberikan 14 hari sebelum splenektomi atau bisa juga diberikan 14 hari setelah operasi.
Pada anak-anak yang limpanya diangkat, mereka perlu minum antibiotik setiap harinya agar mencegah mereka menjadi sakit. Sementara itu, orang dewasa yang limpanya diangkat tidak membutuhkan antibiotik harian kecuali saat mereka sakit.
Limpa pecah merupakan kondisi darurat medis terlepas dari penyebabnya. Bila kamu mengalami nyeri parah di bahu kiri setelah cedera pada perut, segera cari pertolongan medis.
Diagnosis dan perawatan dini sangat penting untuk kondisi limpa pecah. Sebab, makin cepat terdeteksi, dokter bisa segera menentukan dan melakukan perawatan yang sesuai, sehingga hasilnya akan makin baik. Jangan mengabaikan gejala-gejala yang terjadi setelah mengalami cedera apa pun pada perut, ya.
Baca Juga: Ekstrofi Kandung Kemih: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan