ilustrasi menstruasi (pexels.com/Karolina Grabowska)
Setelah pengobatan erosi serviks (yang diikuti gejala lain) berhasil dilakukan, dokter biasanya akan menyarankan individu tersebut untuk tidak melakukan hubungan seksual dalam kurun waktu tertentu. Termasuk juga larangan menggunakan tampon karena berisiko memengaruhi area yang sedang dalam pemulihan.
Keberhasilan prosedur pengobatan erosi serviks tidak menjamin seseorang terbebas dari efek samping atau kemunculan tanda lain masalah kesehatan. Dengan begitu, penting untuk selalu waspada terlebih jika mengembangkan beberapa tanda tertentu setelah menerima prosedur pengobatan, seperti:
- Perdarahan yang berkelanjutan atau terus-menerus.
- Volume perdarahan lebih banyak dari periode menstruasi rata-rata.
- Keputihan dengan bau yang tidak sedap.
Ektropian serviks atau erosi serviks bukan kondisi yang berbahaya dan cenderung tidak menyebabkan komplikasi medis. Selain itu, kasus ini sangat jarang berhubungan dengan kanker serviks. Pada ibu hamil pun, erosi serviks tidak memengaruhi janin.
Erosi serviks biasanya sembuh dengan sendirinya. Namun, jika gejala yang dirasakan tak nyaman atau menjadi menyakitkan, konsultasikan dengan dokter agar bisa mendapatkan penanganan yang sesuai.