ilustrasi mikrobiota usus (commons.wikimedia.org/DataBase Center for Life Science (DBCLS))
Untuk menyelidiki hubungan ini, para peneliti menggunakan pendekatan genetik yang dikenal sebagai Mendelian randomization, yang memungkinkan mereka untuk menyimpulkan kausalitas dengan menganalisis varian genetik yang memengaruhi OCD dan bakteri usus.
Mereka menilai hubungan antara data genetik dan bakteri usus dalam sampel yang terdiri dari 18.340 orang, dan hubungan antara data genetik dan OCD dalam sampel terpisah yang terdiri dari 199.169 orang.
Meskipun ini adalah dua set data yang terpisah, tetapi penelitian ini menggunakan Mendelian randomization pada dasarnya untuk menjembatani kesenjangan dan menghubungkan pola bakteri usus dengan OCD.
Karena gen manusia sudah ditetapkan sejak lahir dan tidak dibentuk oleh lingkungan atau gaya hidup, metode ini membantu memperkuat argumen bahwa bakteri usus mungkin secara langsung berkontribusi terhadap OCD, dan bukan sekadar efeknya. Namun, diperlukan lebih banyak data dan eksperimen yang lebih terkontrol untuk mengonfirmasi hubungan sebab akibat.
Jenis bakteri yang kemungkinan bersifat protektif terhadap OCD antara lain: Proteobacteria, Ruminococcaceae, dan Bilophila. Sementara itu, tiga bakteri lainnya, yaitu Bacillales, Eubacterium, dan Lachnospiraceae UCG001, ditemukan berkaitan dengan peningkatan risiko OCD.
Menariknya, banyak dari bakteri ini telah dikaitkan dengan otak sebelumnya. Misalnya, penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara rendahnya jumlah spesies Ruminococcaceae dan depresi. Temuan ini memperluas apa yang telah diketahui tentang sumbu otak-usus (gut-brain axis) dan bagaimana salah satunya dapat memengaruhi yang lain.
Kata tim peneliti, penelitian di masa mendatang harus menggunakan desain longitudinal dan populasi yang beragam untuk memvalidasi dan memperluas temuan ini, serta klasifikasi mikroba dan produk metaboliknya yang lebih mendalam, untuk lebih memahami peran mikrobiota usus dalam OCD.
Walaupun belum menjadi jawaban akhir, tetapi temuan penelitian ini membuka kemungkinan bahwa mengatur komposisi bakteri usus nantinya bisa menjadi cara untuk mencegah atau menangani OCD. Meskipun terapi perilaku kognitif dan inhibitor reuptake serotonin selektif telah digunakan dalam pengobatan OCD, tetapi sekitar 25–40 persen pasien mengalami respons yang kurang optimal atau tidak ada respons sama sekali terhadap intervensi ini. Jadi, temuan penelitian seperti ini membuka pintu baru untuk harapan, baik bagi pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan.
Referensi
Mingjie He et al., “Causal Link Between Gut Microbiota and Obsessive-compulsive Disorder: A Two-sample Mendelian Randomization Analysis,” Journal of Affective Disorders, March 1, 2025, https://doi.org/10.1016/j.jad.2025.02.099.
" OCD's Origins Might Not Lie in The Brain Like We Thought." Science Alert. Diakses Juli 2025.