Sering kali, trauma dianggap hanya sebuah fase kehidupan seseorang yang akan hilang dengan sendirinya. Namun, apa yang terjadi jika trauma tersebut membandel? Itu artinya, trauma tersebut telah berevolusi menjadi post-traumatic stress disorder (PTSD).
PTSD sering dikaitkan dengan veteran perang. Karena pernah melihat sendiri kerasnya dan sadisnya medan peperangan, beberapa personel militer mengembangkan PTSD. Tentu saja, PTSD sebenarnya tidak hanya berlaku untuk veteran perang, lho!
PTSD memiliki gejala utama yaitu gangguan psikologis seperti waswas, depresi, sering mengalami kilas balik atau memori yang melekat tentang kejadian traumatis tersebut. Risiko yang melatarbelakangi PTSD adalah:
- Trauma masa lampau,
- Cedera fisik,
- Tidak mendapat dukungan pasca trauma,
- Menghadapi masalah lain selain kejadian traumatis, dan
- Mengidap gangguan waswas dan depresi.
Pengidap PTSD dapat mengalami gangguan tidur, cepat marah, cepat panik jika melihat masalah, dan selalu merasa gugup atau waswas.
Anehnya, saat pengidap PTSD ditanyakan kembali soal traumanya, ia akan menunjukkan gejala "penghindaran". Mereka akan menolak membicarakan, memikirkan, atau berdekatan dengan hal-hal yang memicu trauma.
Contohnya, jika seseorang mengalami kecelakaan parah di suatu tempat dan ia menolak melewatinya lagi (padahal rutenya lebih dekat), itu adalah salah satu pertanda PTSD. Untungnya, hanya sedikit kasus trauma yang berkembang menjadi PTSD.