soundhealthandlastingwealth.com
Dr. Budi menyebut dari keseluruhan ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas kesehatan, 15 persen di antaranya positif COVID-19. Dari yang positif, 85 persen di antaranya tidak bergejala atau asimtomatik. Mengapa demikian?
"Perempuan punya hormon estrogen yang memungkinkan mereka memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan laki-laki. Itulah mengapa mereka tidak rentan terinfeksi, lebih banyak jadi OTG (orang tanpa gejala) atau asimtomatik berkat hormon. Perempuan secara alami berumur lebih panjang karena hormonnya," dr. Budi menerangkan.
Jika tidak ada keluhan, ibu hamil bisa isolasi mandiri di rumah. Tetapi, jika ada keluhan, maka bisa diisolasi di tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah. Jika diperlukan, ibu hamil bisa dirawat di intensive care unit (ICU).
Tidak ada perbedaan untuk cara bersalin. Hanya saja, tenaga medis memakai alat pelindung diri (APD) level 2 jika ibu hamil terbukti negatif COVID-19. Jika positif, nakes perlu memakai APD level 3 untuk meminimalisir risiko tertular.
"Ketika sudah bersalin, ibu boleh menyusui bayi. Tetapi, inisiasi menyusui dini (IMD) belum diperbolehkan. Ibu harus memakai face shield dan masker N95, sementara bayi menggunakan face shield khusus neonatus," ungkap dr. Budi, dengan tujuan menghindari cipratan droplet.