ilustrasi antibiotik (pixabay.com/akuptsova)
Studi berjudul "Drug Interaction With Milk and The Relevance of Acidifying/Alkalizing Nature of Food" dalam jurnal Clinical Therapeutics 2015 menyebut bahwa susu mengganggu penyerapan beberapa antibiotik seperti tetracycline (penurunan penyerapan) dan beberapa quinolones, propranolol, mercaptopurine (mengurangi bioavailabilitas obat).
Susu juga dapat mengganggu obat antiinflamasi nonsteroid, digitalis, amiloride, omeprazole, spironolactone, dan ranitidine.
Efek utama dari interaksi ini adalah penurunan bioavailabilitas obat, peningkatan atau penurunan ekskresi obat, dan mengurangi penyerapan nutrisi.
Sebagain informasi, bioavailabilitas adalah jumlah kekuatan penuh obat yang membuatnya masuk ke aliran darah. Obat intravena memiliki bioavailabilitas 100 persen karena disuntikkan langsung ke dalam darah. Namun, bioavailabilitas obat oral sangat bervariasi tergantung jenisnya dan kondisi pasien.
Dilansir Everyday Health, agar kerja antibiotik efektif dalam tubuh, obat tersebut perlu diserap saluran pencernaan, masuk ke aliran darah, dan kemudian dikirim ke seluruh tubuh. Proses ini dipengaruhi banyak faktor, termasuk lemak dan nutrisi lain. Namun, ada catatan kalau beberapa jenis antibiotik lebih mudah diserap bila perut terisi makanan, tetapi ada pula yang lebih sulit diserap atau malah tidak berpengaruh bila ada makanan di perut.
Bila ingin mengonsumsi susu atau produk turunannya, baiknya konsumsi 2 jam sebelum atau 6 jam setelah mengonsumsi antibiotik.