pexels.com/Karolina Grabowska
Zhao dan Zhang, telah melakukan tinjauan sistematis berbasis bukti dari berbagai tinjauan sistematis dan metaanalisis terkait faktor risiko pada postpartum depression. Hasil tinjauannya diterbitkan di Asian Journal of Psychiatry tahun 2020. Sebanyak 13 faktor risiko telah diidentifikasi, sementara ada lima yang masih kontroversial karena kurangnya bukti.
Faktor risiko PPD terutama pada aspek-aspek berikut:
1. Kekerasan dan pelecehan
Kekerasan dan pelecehan merupakan faktor risiko depresi pascapersalinan. Efek kekerasan pada ibu hamil terutama pada trauma psikologis dan kepekaan psikologis mereka adalah yang meningkatkan risiko pengembangan PPD. Sementara itu, mereka yang mengalami peristiwa kekerasan mungkin merasa malu karena faktor budaya yang menyebabkan rendahnya tingkat pencarian pertolongan, hingga akhirnya kondisinya diabaikan.
2. Status imigran
Ini merupakan faktor risiko PPD yang kompleks. Dukungan sosial, status ekonomi, akulturasi, dan faktor lain memainkan peran penting dalam hal ini. Lebih spesifiknya, bukan untuk status imigran, tetapi dukungan sosial yang rendah, status sosial ekonomi yang rendah, akulturasi, dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan keimigrasian merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi PPD.
3. Diabetes gestasional
Respons inflamasi dan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan adalah dua mediator penting yang memediasi hubungan antara PPD dan diabetes gestasional.
4. Operasi sesar
Baik itu operasi sesar elektif atau darurat merupakan faktor risiko PPD, dan operasi caesar darurat menyebabkan risiko yang lebih tinggi karena dapat menyebabkan peningkatan stres pasien.
5. Riwayat depresi
Tiga dari tujuh studi melaporkan hubungan yang signifikan antara riwayat depresi sebelumnya dan gejala PPD, sementara satu studi mengklaim korelasi negatif. Terlepas dari kontroversi dalam tujuh studi tersebut, disimpulkan bahwa riwayat depresi adalah faktor risiko PPD pada ibu remaja.
6. Kekurangan vitamin D
Vitamin D telah dilaporkan dapat mengurangi mediator respons inflamasi, dan telah terbukti bahwa vitamin D dapat mengurangi respons inflamasi pada ibu hamil dengan mediator yang tinggi dari respons inflamasi.
7. Kelebihan berat badan dan obesitas
Ketidakpuasan citra tubuh, faktor yang terkait dengan berat badan, ditemukan terkait dengan PPD. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa ketidakpuasan citra tubuh dapat memediasi obesitas dan PDD.
8. Gangguan tidur pascapersalinan dan kualitas tidur pascapersalinan yang buruk
Gangguan tidur dapat memengaruhi PPD melalui kualitas hidup yang buruk, penurunan perhatian di siang hari, dan penurunan kesehatan secara umum. Ada pula studi yang menemukan bahwa gangguan tidur pada awal kehamilan secara langsung memprediksi gejala depresi pada akhir kehamilan, dan punya efek tidak langsung pada PPD melalui ide delusi pada akhir kehamilan.
9. Bayi prematur dan berat lahir rendah
Skin-to-skin treatment merupakan faktor pelindung PPD di antara ibu dengan bayi prematur atau berat lahir rendah. Perubahan oksitosin dan suasana hati mungkin merupakan mekanisme penting yang memediasi penurunan PPD dalam skin-to-skin treatment.
10. Anemia setelah melahirkan
Anemia selama dan setelah kehamilan secara signifikan meningkatkan risiko PPD. Anemia dapat menyebabkan PPD melalui sitokin inflamasi.
11. Kelahiran ganda
Sebagian besar dari tujuh studi menegaskan bahwa kelahiran ganda meningkatkan risiko PPD, begitu juga dengan bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Tinjauan sistematis yang berfokus pada ibu dengan bayi prematur dan berat lahir rendah melaporkan risiko PPD yang lebih tinggi daripada ibu dengan bayi normal.
Faktor lainnya, pengalaman melahirkan yang buruk dapat meningkatkan risiko PPD.
12. Kurangnya dukungan sosial
Berdasarkan dua studi, peningkatan dukungan sosial dapat secara signifikan mengurangi risiko PPD.
13. Pola makan tradisional
Pola makan orang Jepang, India, Inggris, dan Brasil menunjukkan risiko rendah untuk PPD. Konsentrasi DHA yang lebih tinggi dalam ASI, lebih banyak konsumsi makanan laut, kesadaran akan kesehatan, pola makan orang Brasil, pola makan sehat, suplementasi multivitamin, asupan ikan dan asam lemak tak jenuh ganda, kalsium, vitamin D, seng, dan mungkin selenium adalah faktor pelindung.
Sementara itu, faktor risiko yang masih kontroversial di antaranya kadar kortisol serum, status autoantibodi tiroid peroksidase, akulturasi, praktik kurungan tradisional, dan kontrasepsi hormonal.