Ferlazzo dkk., telah mengevaluasi karakteristik klinis dan neurofisiologis (fungsi sistem saraf) mioklonus (kelainan gerakan hiperkinetik yang ditandai dengan tersentaknya otot yang pendek dan tidak disengaja) pada pasien AS. Hasilnya telah diterbitkan di jurnal Clinical Neurophysiology, tahun 2019.
Temuannya menunjukkan generator subkortikal mioklonus pada AS. Sentakan mioklonik (kontraksi tiba-tiba dari otot lengan, tungkai atau seluruh tubuh) tercatat pada 80 persen subjek AS yang dievaluasi. Sebagian besar subjeknya adalah remaja atau dewasa muda yang menunjukkan sentakan mioklonik sebagai kondisi stabil. Sentakan mioklonik sebagian besar terjadi pada frekuensi alfa atau tepat di bawah yaitu rata-rata 8,4 ± 1,4 Hz.
Pada kelompok AS, temuan utama adalah nilai cortico-muscular coherence (CMC, yaitu indeks yang digunakan untuk menunjukkan koherensi antara korteks motorik otak dan otot tubuh terkait, secara konvensional) pada frekuensi alfa yang relatif tinggi, serta peningkatan aliran keluar kortikal pada frekuensi yang mirip dengan sentakan.
Selain itu, kelompok AS menunjukkan aliran keluar alfa yang menonjol dari electroencephalogram (EEG, yaitu tes yang mendeteksi aktivitas listrik di otak menggunakan cakram logam kecil (elektroda) yang dipasang di kulit kepala) menuju otot yang diaktifkan, dan lateralisasi (kecenderungan beberapa fungsi saraf atau proses kognitif untuk dikhususkan pada satu sisi otak atau sisi lainnya) yang tidak signifikan, sehingga mengonfirmasi data yang diperoleh dari rekaman CMC.
Semua temuan ini menunjukkan bahwa osilasi dekat alfa terkait mioklonus melibatkan kedua belahan otak, sesuai dengan generator mioklonus subkortikal (sumber generasi mioklonus berasal dari korteks dan sumsum tulang belakang) pada AS.
Demikianlah lima fakta menarik sindrom Angelman dari beberapa studi kasus. Sungguh luar biasa ya perjuangannya, baik pasien maupun orang tua yang mengurus. Di balik keterbatasannya, contohlah dari pasien AS bagaimana mereka tampak selalu menebarkan kebahagiaan!