ilustrasi kerusakan genetik (pixabay.com/LionFive)
Sindrom Kallmann terjadi akibat mutasi (perubahan) genetik yang memengaruhi migrasi atau fungsi sel saraf tertentu di otak. Ada sekitar 25 gen terkait dengan sindrom ini, yang paling umum adalah gen ANOS1, CHD7, FGF8, FGFR1, PROK2, atau PROKR2.
Selama perkembangan bayi dalam kandungan, neuron (sel saraf) yang bertanggung jawab untuk penciuman dan pelepasan hormon perangsang pubertas, diproduksi di hidung yang sedang berkembang. Ketika janin sudah matang, neuron ini bermigrasi ke otak, tepatnya di hipotalamus. Ini merupakan bagian otak yang mengatur hal-hal yang tidak kita sadari, seperti melepaskan hormon, bernapas, atau mengendalikan suhu tubuh.
Namun karena adanya mutasi genetik, migrasi sel saraf ini terganggu. Sehingga menyebabkan gangguan penciuman dan menghalangi pelepasan hormon pemicu pubertas, yang disebut GnRH (gonadotropin-releasing hormone).
Tanpa GnRH, tubuh tidak bisa menghasilkan hormon lain yang juga terlibat dalam perkembangan karakteristik seksual yang mendukung masa pubertas. Seperti hormon perangsang folikel (FSH), hormon perangsang perkembangan sel telur (LH), serta hormon perangsan pelepasan sel telur dari ovarium. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan tanda dan gejala sindrom Kallmann.