suntikan dan vaksin AstraZeneca. (Twitter.com/Capital Moments)
Baru-baru ini, muncul kabar bahwa vaksin AstraZeneca-Oxford dapat menyebabkan pembekuan darah akut pada otak atau trombosis sinus vena serebri (CSVT). Hal ini sempat menyebabkan penggunaan vaksin AstraZeneca-Oxford di Eropa dihentikan sementara.
Perlu ditekankan bahwa sejauh ini, angka penderita CSVT setelah vaksinasi amat minim. Di Inggris, dari 11 juta penerima vaksin, 5 orang menderita CSVT dan hanya 1 yang fatal. Sekarang pun, penggunaan vaksin AstraZeneca-Oxford sudah dilanjutkan di Eropa.
Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) memang menerima 13 laporan CSVT. Namun, setelah diselidiki, CSVT terjadi secara alami dan tidak ada kaitannya dengan vaksin AstraZeneca-Oxford. Tinjauan dari EMA pun menyatakan kepercayaan maksimal terhadap keamanan dan khasiat vaksin AstraZeneca-Oxford.
Untuk mencegah kasus CSVT, penyelenggara vaksin harus terus memantau situasi. Apabila ada gejala seperti memar abnormal pada kepala dan sakit kepala yang membandel setelah vaksinasi, segera lakukan pemeriksaan medis untuk mencegah kemungkinan terburuk.
Reaksi alergi pada vaksin AstraZeneca-Oxford amat jarang, namun bisa terjadi. Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), reaksi alergi parah atau anafilaksis jarang terjadi, hanya 11,1 kasus per satu juta dosis vaksin dan 80 persennya terjadi pada penerima vaksin dengan riwayat alergi.
Oleh karena itu, individu dengan reaksi alergi tidak disarankan menerima vaksin AstraZeneca-Oxford sebelum berkonsultasi dengan dokter. Terutama, bila mereka memiliki salah satu dari riwayat alergi berikut:
- Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya dari vaksin COVID-19 yang sama
- Anafilaksis setelah terpapar bahan apa pun dari vaksin COVID-19.
Jika kamu mengalami anafilaksis terhadap senyawa atau vaksin lain, vaksin AstraZeneca-Oxford masih diperbolehkan. Namun, pastikan tim medis mengetahui riwayat anafilaksismu. Tentunya, setelah vaksin kamu akan diminta tinggal 30 menit untuk memantau reaksi imun. Tidak perlu panik!