ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (imi.europa.eu/Image courtesy of the NIH CC 0)
Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (China CDC), varian BA.2 pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 17 November 2021. Pada awal Desember 2021, BA.2 baru ditetapkan sebagai varian Omicron. Sementara BA.1 masih jadi yang dominan di dunia, BA.2 mulai naik daun.
Menurut pernyataan Statens Serum Institute (SSI), Denmark, pada 20 Januari 2022, varian BA.2 menduduki 45 persen kasus COVID-19 di negara tersebut, seolah menggeser varian BA.1. SSI mengatakan bahwa kasus BA.2 juga ditemukan di berbagai negara lain, tetapi "tidak separah di Denmark".
Per 2 Februari 2022, laman Outbreak.info melansir bahwa varian BA.2 sudah terdeteksi di 57 negara dunia dengan sekitar 27.021 sekuens genom. Di Amerika Serikat (AS), disebutkan kalau setidaknya 29 negara bagian di AS sudah mencatatkan kasus BA.2.
Menurut GISAID, sekitar 100 kasus dilaporkan dari 20 negara bagian AS. CDC mengatakan bahwa 99,9 persen kasus COVID-19 disebabkan oleh Omicron, dan angka tersebut sudah termasuk BA.2. Di Asia, CDC India melaporkan penyebaran varian BA.2 secara masif, bahkan lebih masif dibanding BA.1.
"Subvarian Omicron, BA.2, lebih banyak di India saat ini," ujar Direktur CDC India, Sujeet Kumar Singh pada siaran YouTube ANI News pada 27 Januari 2022.