CDC menyalahkan diabetes dan penyakit jantung sebagai faktor risiko utama COVID-19. Mari kita bahas satu persatu, mulai dari diabetes terlebih dulu.
Pada 23 April 2020, lewat penelitiannya yang berjudul "Risk Factors of Critical & Mortal COVID-19 Cases: A Systematic Literature Review and Meta-Analysis", para peneliti Tiongkok mengemukakan bahwa mereka dengan diabetes tipe-2 lebih rentan terkena COVID-19.
Sebagai dasar penelitian tersebut, pada April 2020, penelitian gabungan AS dan Brazil yang berjudul "COVID-19 and diabetes: Knowledge in progress" mengemukakan bahwa penderita diabetes tipe-2 lebih rentan terkena penyakit pernapasan seperti flu dan paru-paru dikarenakan "inflamasi kronis, pengentalan darah, respons imun yang menurun dan potensi kerusakan pankreas karena SARS-CoV-2."
Apakah mutlak penderita diabetes tipe-2 akan wafat karena COVID-19? Tidak juga. Menurut sebuah penelitian di Tiongkok pada 1 Mei 2020 berjudul "Association of Blood Glucose Control and Outcomes in Patients with COVID-19 and Pre-existing Type 2 Diabetes", pengidap diabetes tipe-2 dapat tetap menjaga diri dari COVID-19. Dengan syarat, mereka menjaga kadar gula darah.
pexels.com/freestocks.org
Menurut American Heart Association (AHA), pengidap penyakit jantung dan hipertensi juga dirugikan saat terjangkit COVID-19. Situs LiveScience melaporkan bahwa terdapat satu kasus kematian diawali dengan "gejala mirip flu" yang kemudian berhubungan dengan penyakit jantung yang menimpa seorang wanita berusia 57 tahun di San Jose, AS.
Laporan otopsi menyatakan bahwa sang korban, Patricia Dowd, ternyata mengidap COVID-19. Mengutip Mercury News, SARS-CoV-2 membuat katup dalam jantung Dowd pecah. Dowd dikatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan hidup sehat sebelum wafat karena COVID-19.
Mengutip para peneliti, LiveScience mengatakan bahwa SARS-CoV-2 menyerang paru-paru, sehingga menguras pasokan oksigen tubuh ke titik dan menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah teroksigenasi ke seluruh tubuh. SARS-CoV-2 juga dapat menyerang jantung secara langsung, karena jaringan jantung mengandung enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2), senjata virus untuk menginfeksi sel.
Pada beberapa orang, COVID-19 juga dapat memicu respons kekebalan yang berlebihan yang dikenal sebagai badai sitokin yang menyebabkan inflamasi kronis pada tubuh, sehingga merusak jantung.