Hematemesis Melena: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Menyebabkan muntah darah serta BAB berwarna hitam 

Hematemesis melena adalah keadaan saat seseorang mengalami muntah darah (hematemesis) serta tinja berwarna hitam dan berdarah (melena). Ini merupakan perdarahan di saluran pencernaan bagian atas dan merupakan keadaan darurat yang umum di rumah sakit di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Perdarahan ini bisa disebabkan oleh varises esofagus yang pecah, gastritis erosif, atau tukak lambung.

Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk memproses makanan dan zat-zat yang masuk ke tubuh agar dapat digunakan dengan baik, sehingga penting untuk menjaga kesehatan organ-organ dalam sistem pencernaan agar bisa berfungsi secara optimal.

Di Indonesia, mayoritas kasus hematemesis (diperkirakan 70–85 persen) disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di esofagus pada pasien dengan sirosis hati, sehingga prognosisnya bergantung pada kondisi yang mendasarinya. Perdarahan terkait sirosis hati dipicu oleh gangguan fungsi hati, alkohol, obat-obatan, infeksi virus hepatitis, dan gangguan pada saluran empedu.

Perdarahan dari saluran pencernaan atas dapat menampakkan gejala sebagai hematemesis, melena, atau keduanya. Meskipun perdarahan cenderung berhenti sendiri, tetapi penting untuk memperlakukan setiap perdarahan dalam saluran pencernaan sebagai keadaan serius yang dapat membahayakan pasien kapan pun.

Setiap pasien yang mengalami perdarahan harus dirawat di rumah sakit tanpa pengecualian, meskipun perdarahan mungkin berhenti secara alami. Kondisi ini perlu ditangani dengan hati-hati guna mencegah perdarahan lebih lanjut, syok hemoragik, serta konsekuensi serius lainnya yang berkaitan dengan perdarahan tersebut, termasuk risiko kematian bagi pasien.

1. Penyebab

Hematemesis Melena: Gejala, Penyebab, dan Pengobatanilustrasi organ lambung (unsplash.com/julien Tromeur)

Hematemesis melena terjadi ketika perdarahan di bagian atas usus halus (proksimal jejenum), dan melena bisa terjadi secara terpisah atau bersamaan dengan hematemesis. Hanya ketika ada perdarahan sebanyak minimal 50 ml melena dapat terdeteksi.

Jumlah darah yang keluar selama hematemesis atau melena tidak selalu dapat dijadikan acuan untuk memperkirakan seberapa besar perdarahan yang terjadi di saluran pencernaan bagian atas.

Hematemesis dan melena merupakan keadaan darurat yang memerlukan perawatan segera di rumah sakit. Penyebab hematemesis melena meliputi:

  • Gangguan pada esofagus seperti varises, esofagitis, serta kondisi patologis lainnya.
  • Gangguan pada lambung dan duodenum seperti tukak lambung, tukak duodenum, keganasan, dan masalah lainnya.
  • Gangguan pada sistem darah seperti leukemia, disseminated intravascular coagulation (DIC), purpura trombositopenia, dan kondisi darah lainnya.
  • Penyakit sistemik lainnya seperti uremia, dan kondisi lainnya.
  • Penggunaan obat-obatan yang dapat memicu ulserasi seperti golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan obat-obatan lainnya.

Menentukan penyebab dan lokasi perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas sangat penting karena langkah penanganan yang diperlukan bervariasi tergantung pada sumber perdarahan yang terjadi.

Di Indonesia, penyebab paling umum dari perdarahan saluran pencernaan bagian atas adalah pecahnya varises esofagus, yang menyumbang sekitar 45–50 persen dari total kasus perdarahan pada bagian tersebut.

2. Tanda dan gejala

Hematemesis Melena: Gejala, Penyebab, dan Pengobatanilustrasi pasien hematemesis melena (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Tanda dan gejala yang terjadi akibat hematemesis melena adalah sebagai berikut :

  1. Tanda-tanda pada saluran pencernaan yang bersifat umum, seperti kurang nafsu makan, mual.
  2. Diare dan muntah.
  3. Gejala lainnya meliputi demam, penurunan berat badan, serta kelelahan yang cepat.
  4. Timbulnya cairan di perut (asites), pembengkakan (hidratonaks), dan edema.
  5. Kondisi kuning pada kulit (ikterus) dan kadang-kadang perubahan warna urine menjadi lebih gelap atau kecokelatan.
  6. Pembesaran hati (hepatomegali) dapat terjadi, namun pada tahap lanjut, hati bisa menyusut karena fibrosis. Secara klinis ditemukan gejala demam, ikterus, dan ascites yang tidak disebabkan oleh faktor lain, ditambah dengan adanya sirosis hati yang aktif. Perlu dilakukan pengawasan ketat terhadap potensi munculnya prekoma dan koma hepatikum.
  7. Terdapat juga kelainan pada pembuluh darah seperti kolateral pada dinding perut, caput medusae, wasir, dan varises esofagus.
  8. Adanya gangguan endokrin merupakan indikasi hiperestrogenisme, termasuk:
    • Disfungsi seksual seperti impotensi, pengecilan ukuran testis, pertumbuhan payudara pada pria (ginekomastia), serta hilangnya rambut di area ketiak dan daerah kemaluan.
    • Gangguan menstruasi seperti amenorea, peningkatan warna gelap pada areola payudara.
    • Adanya pembuluh darah kecil seperti spider nevi dan kemerahan pada kulit (eritema).
    • Peningkatan pigmen pada jari-jari tubuh.

Baca Juga: Muntah Bubuk Kopi (Coffee Ground Vomitus), Kondisi Apa Ini?

3. Komplikasi yang bisa terjadi

Hematemesis Melena: Gejala, Penyebab, dan Pengobatanilustrasi anemia (pexel.com/Pavel Danilyuk)

Komplikasi hematemesis helena antara lain:

  • Syok hipovolemik juga dikenal sebagai syok preload, terjadi ketika volume cairan di dalam pembuluh darah menurun karena perdarahan atau kehilangan cairan tubuh lainnya, yang dapat mengakibatkan anemia.
  • Koma hepatik adalah suatu kondisi neuropsikiatrik yang ditandai oleh perubahan kesadaran, fungsi intelektual, dan gangguan neurologis yang terkait dengan kelainan pada jaringan hati.
  • Pneumonia aspirasi adalah infeksi paru-paru yang timbul karena cairan yang masuk ke dalam saluran napas.
  • Anemia posthemoragik merupakan kondisi saat darah hilang secara tiba-tiba dan tidak disadari, menyebabkan anemia.

4. Pengobatan

Hematemesis Melena: Gejala, Penyebab, dan Pengobatanilustrasi minum obat (pexels.com/Jeshoots.com)

Penanganan perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dan disarankan untuk dirawat di rumah sakit guna mendapatkan pengawasan yang cermat dan perawatan yang lebih optimal.

Prosedur pengobatan untuk perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas meliputi:

  • Pasien harus benar-benar beristirahat dan obat-obat seperti morfin, meperidin, serta paraldehid yang memiliki efek menenangkan sebaiknya dihindari.
  • Selama perdarahan masih berlangsung, pasien diperlukan puasa. Namun, jika perdarahan telah berhenti, mereka dapat diberi makanan cair.
  • Infus cairan akan segera diberikan, dan larutan garam fisiologis diberikan ketika persediaan darah belum tersedia.
  • Pemantauan tekanan darah, detak jantung, tingkat kesadaran pasien diperlukan, dan jika perlu, dipasang monitor CVP.
  • Pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan secara berkala untuk memantau tingkat perdarahan.
  • Transfusi darah diperlukan untuk menggantikan volume darah yang hilang dan menjaga kadar hemoglobin agar berada antara 50–70 persen dari nilai normal.
  • Obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, dosis 4x10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida, dan penghambat reseptor H2 (seperti simetidin atau ranitidin) berguna untuk mengatasi perdarahan.
  • Klisma atau lavemen dilakukan dengan menggunakan air biasa dan diberikan antibiotik yang tidak diserap oleh usus untuk menjaga kebersihan usus. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah peningkatan produksi amoniak oleh bakteri dalam usus yang dapat menyebabkan ensefalopati hepatik.

Baca Juga: Diare dan Muntah Berbarengan? Ini 6 Penyebabnya

Fatmawati Rahim Photo Writer Fatmawati Rahim

Oh. Hi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya