Sick Building Syndrome: Penyebab, Gejala, Penanganan

Kondisi saat bangunan bikin kamu sakit

Sick building syndrome (SBS) merupakan kondisi saat individu yang tinggal atau bekerja di suatu bangunan mengalami serangkaian gejala yang tidak spesifik yang terkait dengan waktu yang mereka habiskan di bangunan tersebut.

SBS terdiri dari berbagai gejala non spesifik. Ciri khas utama SBS adalah masalah kesehatan yang dirasakan membaik ketika meninggalkan bangunan tersebut dan muncul kembali saat kembali ke lokasi yang sama.

Gejala-gejala yang dirasakan bisa meningkatkan ketidakhadiran karena sakit dan menyebabkan penurunan produktivitas pekerja. Karena sindrom ini bisa menjadi bahaya dalam pekerjaan, dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala, dan penanganannya lebih lanjut.

1. Penyebab

Sick Building Syndrome: Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi sakit kepala (pexels.com/Mikhail Nilov)

Penyebab pasti dari SBS masih belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap kondisi ini.

Beberapa kemungkinan pemicu dan faktor terkait SBS meliputi:

  • Gedung dengan ventilasi yang buruk, seperti sekolah, perkantoran, dan ruang publik.
  • Tingkat debu yang tinggi.
  • Asap rokok.
  • Ruangan dengan pencahayaan yang buruk.
  • Tampilan komputer ketinggalan zaman yang menyebabkan ketegangan mata.
  • Adanya jamur.
  • Formaldehida (sering kali ditemukan pada furnitur dan lantai kayu.
  • Asbestos.
  • Kimia dalam udara dari produk pembersih.
  • Pestisida.
  • Karbon monoksida.
  • Ozon dari penggunaan printer dan mesin faksimile.
  • Tingkat stres yang tinggi di kantor atau sekolah.
  • Semangat kerja yang rendah.
  • Panas atau kelembapan rendah.
  • Lingkungan kerja yang berisik.
  • Kotoran serangga atau hewan.
  • Tata letak ruangan yang tidak optimal.

Mengingat beragamnya faktor penyebab SBS, sulit untuk menentukan satu penyebab tunggal. Kamu mungkin bisa bekerja sama dengan perusahaan untuk menghilangkan kemungkinan faktor risiko. Dengan begitu, sumber masalahnya bisa diketahui.

2. Gejala

Sick Building Syndrome: Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi sick building syndrome (pexels.com/Karolina Grabowska)

Gejala SBS bisa berupa sakit kepala, pusing, mual, iritasi mata, hidung atau tenggorokan, batuk kering, kulit kering atau gatal, kesulitan konsentrasi, kelelahan, kepekaan terhadap bau, suara serak, alergi, pilek, gejala mirip flu, peningkatan insiden serangan asma dan perubahan kepribadian (Indian Journal of Occupational and Environmental Medicine, 2008).

Penyebab gejalanya tidak diketahui. Hal ini dapat mengurangi efisiensi kerja dan meningkatkan ketidakhadiran. Sebagian besar pelapor melaporkan adanya kesembuhan segera setelah meninggalkan gedung, meskipun efek neurotoksin yang berkepanjangan dapat terjadi.

3. Masalah kesehatan yang bisa ditimbulkannya

Sick Building Syndrome: Penyebab, Gejala, Penangananilusrasi memakai masker (pexels.com/Engin Akyurt)

Dampak jangka panjang dari SBS bisa bervariasi, tergantung pada individu dan tingkat keparahan paparan terhadap kualitas udara yang buruk di dalam ruangan.

  • Paparan jangka panjang terhadap udara buruk dalam ruangan dapat memicu masalah paru-paru seperti asma.
  • SBS juga dapat memicu atau memperburuk sejumlah masalah pernapasan, termasuk pneumonitis hipersensitivitas, demam humidifier, rinitis, sinusitis, dan asma.
  • Gangguan pada sistem kekebalan tubuh seperti alergi, pilek, gejala mirip flu, dan peningkatan serangan asma juga dapat timbul akibat SBS.
  • Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara SBS dan masalah jantung seperti detak jantung tidak teratur dan kesulitan bernapas.
  • Gangguan neurologis, seperti masalah memori, kesulitan konsentrasi, dan kelelahan, juga dapat muncul akibat SBS.
  • Kesehatan mental juga bisa terpengaruh, menyebabkan kondisi seperti kecemasan dan depresi.
  • Meskipun jarang terjadi, tetapi beberapa kasus melaporkan korelasi antara SBS dan peningkatan risiko kanker.

Baca Juga: Hal yang Perlu Kamu Tahu tentang Polusi Udara dalam Ruangan

4. Penanganan

Sick Building Syndrome: Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi pekerja kantoran (pexels.com/Vincent Santamaria)

Ada beberapa langkah praktis yang bisa diambil untuk mengurangi gejala SBS, yang meliputi:

  • Meningkatkan sirkulasi udara dengan cara membiarkan udara segar masuk dan udara pengap keluar dengan cara membuka jendela.
  • Menjaga suhu yang nyaman dengan mengatur termostat pada suhu sekitar 19 derajat Celcius dan menghindari perubahan suhu yang drastis juga dapat membantu mengurangi gejala SBS.
  • Mengelola stres juga merupakan langkah penting; melakukan teknik pengurangan stres seperti latihan pernapasan dalam atau mengambil waktu istirahat dari aktivitas pekerjaan bisa mengurangi dampak dari gejala SBS.

5. Pengobatan

Sick Building Syndrome: Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi yoga (pexels.com/Prasanth Inturi)

Tidak ada pengobatan yang terbukti efektif untuk menyembuhkan SBS, terutama karena penyebabnya sering tidak jelas. Namun, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk mengelola gejala SBS. 

  • Penggunaan pengobatan alternatif seperti homeopati mungkin direkomendasikan oleh beberapa praktisi kesehatan untuk meredakan gejala SBS.
  • Minyak esensial seperti lavender atau rosemary dapat membantu meningkatkan rasa rileks dan mengurangi stres yang terkait dengan kondisi ini.
  • Metode pengobatan tradisional China juga dapat menjadi opsi untuk meredakan rasa sakit dan meningkatkan kualitas tidur bagi individu dengan SBS.
  • Mengenai aspek fisik, latihan pikiran dan tubuh seperti yoga atau meditasi dapat membantu mengurangi stres serta meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Selain pengobatan alternatif, perubahan pada lingkungan kerja juga berperan penting. Mengubah tata letak tempat kerja untuk meningkatkan postur, mengurangi ketegangan, dan meningkatkan kenyamanan dapat membantu mengurangi gejala.

Tidak hanya itu, menerapkan teknik relaksasi seperti latihan pernapasan dalam atau meditasi juga bisa membantu mengelola stres yang terkait dengan SBS.

Kombinasi dari pendekatan pengobatan alternatif, perubahan lingkungan kerja, dan praktik relaksasi dapat membantu individu dengan SBS untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

6. Pencegahan

Sick Building Syndrome: Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi ruang kerja di kantor (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Dijelaskan dalam laman Kementerian Kesehatan RI, berikut ini beberapa upaya untuk mencegah SBS:

  • Eliminasi dan substitusi merupakan upaya yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan indoor air quality (IAQ). Contohnya pemeliharaan secara rutin sistem pendingin udara, pembersihan atau penggantian berkala filter udara, membersihkan jamur yang menempel di dinding dan langit-langit, penggantian ubin rusak yang dapat menyimpan kontaminan biologi, peniadaan penggunaan karpet atau pembersihan karpet secara rutin, dan membuat imbauan dilarang merokok.
  • Menyimpan cat, perekat, pelarut, atau bahan berbahaya dan beracun serta bahan yang memiliki bau yang tajam di area yang berventilasi baik.
  • Memberikan waktu yang cukup untuk bangunan yang baru dibangun atau direnovasi untuk menghilangkan sumber bau dan debu sebelum dihuni.
  • Meningkatkan tingkat ventilasi dan distribusi udara. Di ruangan tertentu seperti kamar mandi, ruang fotokopi, dan ruang cetakan sangat dianjurkan untuk menggunakan exhaust untuk menghilangkan polutan dalam ruangan.
  • Hindari menyalakan AC secara terus-menerus. AC perlu dimatikan supaya kuman tidak berkembang biak di tempat lembap. Ketika AC dimatikan, jendela perlu dibuka lebar-lebar agar sinar matahari masuk ke dalam ruangan, karena panas matahari dapat membunuh sebagian kuman.
  • Alat-alat kantor yang mengakibatkan pencemaran udara, seperti mesin fotokopi dan printer diletakkan dalam ruangan terpisah.

Kalau kamu mengkhawatirkan sick building syndrome, disarankan untuk mencari bantuan dari manajer, atasan, atau pengelola gedung untuk menyelidiki dan menangani masalah tersebut.

Baca Juga: Polusi Memengaruhi Kualitas Udara dalam Ruangan

Fatmawati Rahim Photo Writer Fatmawati Rahim

Oh. Hi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya