Fistula Rektovaginal: Gejala, Penyebab, Pengobatan

Intinya sih...
Fistula rektovaginal adalah sambungan abnormal antara anus dan vagina, yang menyebabkan tinja dan gas bocor melalui vagina.
Gejala fistula rektovaginal termasuk sakit perut, keluar keputihan berbau busuk, infeksi saluran kemih berulang, dan iritasi kulit.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat fistula rektovaginal termasuk kesulitan mengontrol buang air besar dan abses di bagian fistula.
Fistula rektovaginal adalah sambungan abnormal antara anus dan vagina. Akibatnya, tinja atau feses dan gas bisa bocor dan keluar melalui vagina.
Tentu saja kondisi ini bisa memicu rasa malu, ketidaknyamanan fisik, dan mengganggu kehidupan sosial. Karena alasan ini, siapa pun yang mengalami kebocoran feses melalui vagina wajib berbicara dengan dokter.
Kali ini kamu akan diajak untuk memahami hal-hal penting seputar fistula rektovaginal.
1. Gejala fistula rektovaginal
Berikut gejala fistula rektovaginal:
Sakit perut.
Keluar keputihan berbau busuk.
Gas dan tinja keluar dari vagina.
Mual, muntah, atau diare.
Penetrasi terasa menyakitkan.
Infeksi saluran kemih (ISK) berulang atau vaginitis.
Pendarahan dubur atau vagina.
Iritasi kulit vagina, vulva, atau perineum.
Penurunan berat badan yang tiba-tiba.
2. Penyebab fistula rektovaginal
Penyebab paling umum fistula rektovaginal meliputi:
Komplikasi saat melahirkan: Persalinan yang lama atau sulit bisa menyebabkan perineum robek. Selain itu, dokter mungkin membuat sayatan pada perineum untuk jalan lahir bayi.
Penyakit radang usus: Penyakit Crohn dan kolitis ulseratif merupakan jenis penyakit radang usus yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan. Kondisi ini dapat menyebab fistula rektovaginal, meskipun kasusnya langka.
Kanker atau radiasi pada panggul: Kanker di vagina, leher rahim, rektum, rahim, atau anus dapat menyebabkan robekan antara anus dan vagina. Radiasi untuk mengobati kanker ini juga dapat memicu fistula.
Operasi: Menjalani operasi pada vagina, rektum, perineum, atau anus dapat menyebabkan cedera atau infeksi yang menyebabkan robekan abnormal.
Kemungkinan penyebab lainnya meliputi:
Infeksi pada anus atau rektum.
Tinja tersangkut di rektum.
Infeksi karena HIV.
Kekerasan seksual.
3. Diagnosis fistula rektovaginal
Untuk mendiagnosis fistula rektovaginal, dokter akan mengawali dengan menanyakan gejala-gejala yang kamu alami dan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter lalu menyarankan tes tertentu. Secara lebih detail, berikut cara diagnosis fistula rektovaginal:
Pemeriksaan fisik
Dokter mulanya akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan lokasi robekan dan memeriksa kemungkinan tumor, infeksi, atau abses. Tindakan ini mencakup pemeriksaan vagina, anus, dan perineum.
Tes untuk mengidentifikasi fistula
Umumnya, fistula rektovaginal mudah terlihat saat pemeriksaan panggul. Namun, apabila pemeriksaan fisik tidak mampu menemukan fistula, dokter mungkin menyarankan tes. Tes-tes ini dapat membantu menemukan dan melihat fistula rektovaginal dan dapat membantu merencanakan pembedahan, jika diperlukan. Berikut tes yang mungkin dilakukan:
CT scan: CT scan perut dan panggul memberikan lebih banyak gambaran dibandingkan rontgen standar. CT scan dapat membantu menemukan lokasi fistula dan menentukan penyebabnya.
MRI: MRI dapat menunjukkan lokasi fistula, apakah ada organ panggul lain yang terkena atau apakah terdapat tumor.
Kolonoskopi: Tes ini dilakukan untuk melihat bagian dalam usus besar jika dokter mencurigai pasien memiliki penyakit radang usus. Selama prosedur, sampel kecil jaringan dapat dikumpulkan untuk analisis laboratorium.
4. Pengobatan fistula rektovaginal
Kabar baiknya, tersedia banyak pengobatan yang biasanya efektif dalam memperbaiki fistula rektovaginal dan menghilangkan gejalanya.
Perawatan untuk fistula tergantung pada penyebab, ukuran, lokasi, dan pengaruhnya terhadap jaringan di sekitarnya. Berikut pengobatan fistula rektovaginal:
Obat
Dokter mungkin menyarankan obat untuk membantu mengobati fistula atau mempersiapkan operasi. Berikut obat yang diberikan:
- Antibiotik: Ini digunakan untuk mengobati infeksi pada area sekitar fistula. Obat juga dapat diberikan secara oral jika pasien memiliki penyakit Crohn dan mengembangkan fistula.
- Infliximab: Infliximab membantu mengurangi peradangan dan menyembuhkan fistula akibat penyakit Crohn.
Operasi
Mayoritas kasus fistula rektovaginal memerlukan pembedahan untuk menutup robekan. Namun, sebelum operasi dapat dilakukan, kulit dan jaringan lain di sekitar fistula harus bebas dari infeksi atau peradangan.
5. Komplikasi yang bisa terjadi dari fistula rektovaginal
Fistula rektovaginal harus segera diobati karena dapat memicu komplikasi seperti berikut ini:
- Memengaruhi kehidupan seks.
- Kesulitan mengontrol buang air besar.
- ISK atau infeksi vagina berulang.
- Radang vagina atau perineum.
- Abses di bagian fistula.
Fistula rektovaginal adalah kondisi yang sangat memengaruhi kehidupan sehingga tidak boleh dibiarkan. Meskipun terkadang fistula rektovaginal menutup dengan sendirinya, tetapi pembedahan sering diperlukan untuk mengatasi masalah ini.
Referensi
"Rectovaginal Fistula." Cleveland Clinic. Diakses Juli 2025.
"What Is a Rectovaginal Fistula and How’s It Treated?" Healthline. Diakses Juli 2025.
"Rectovaginal Fistula." Mayo Clinic. Diakses Juli 2025.