unsplash.com/Dragos Gontariu
Diagnosis dilakukan oleh tenaga medis profesional lewat beberapa tes khusus dari bagian program skrining bayi setelah lahir. Tes-tes tersebut meliputi tes genetika, tes urine, dan tes darah untuk deteksi tingkat galaktosa dan aktivitas enzim dalam tubuh bayi.
Bila terdiagnosis dini, maka perawatan harus segera dilakukan, seperti diet rendah galaktosa yang berarti tidak boleh mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa atau galaktosa.
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah susu, mentega, keju, es krim, dan produk susu lainnya. Bahkan, ASI juga mengandung laktosa dan tidak dianjurkan untuk dikonsumsi bayi dengan galaktosemia. Meski begitu, pada kasus varian duarte galaktosemia, mungkin bayi masih bisa menoleransi ASI.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), sebagai ganti ASI, sang ibu bisa memberikan bayi susu formula yang bebas laktosa.
Meskipun diet rendah galaktosa tidak sepenuhnya bisa mengobati galaktosemia, ada beberapa opsi perawatan tambahan yang bisa direkomendasikan. Misalnya antibiotik atau obat lainnya, terapi wicara, intervensi pendidikan individu, konseling genetik, dan terapi penggantian hormon untuk meminimalkan dampak dari komplikasi.
Penting untuk dicatat, sebelum menentukan opsi menu makanan yang dikonsumsi dan perawatan yang tepat, konsultasi pada dokter sangat dibutuhkan.