Penyakit Alzheimer bukanlah hal asing di Tanah Air. Menurut Alzheimer's Indonesia (ALZI) diperkirakan 1,2 juta orang menderita Alzheimer di Tanah Air pada 2016. Angka ini dikhawatirkan naik menjadi 2 juta pada 2030 dan naik 2x lipat pada 2050. Selain tak ada diagnosis pasti, perawatan hanya mampu memperlambat perkembangan penyakit, bukan menghentikannya.
Peneliti senior dari Cedars-Sinai, Maya Koronyo-Hamaoui, PhD., mengatakan bahwa studi ini adalah yang pertama memaparkan analisis mendalam tentang profil protein dan efek penyakit Alzheimer terhadap molekul, sel, dan struktur di retina.
"Temuan ini bisa akhirnya mengarah ke perkembangan teknik pencitraan yang memampukan manusia mendiagnosis penyakit Alzheimer lebih dini dan lebih akurat, serta memantau keparahannya secara non invasif, hanya dari mata," ucap Maya.
Bertajuk Retinal pathological features and proteome signatures of Alzheimer’s disease, penelitian ini memperlihatkan efek yang terlihat di retina sesuai dengan perubahan di fungsi otak dan kognitif. Perubahan di retina ternyata sesuai dengan perubahan korteks entorhinal dan temporal, pusat memori, navigasi, dan persepsi terhadap waktu.
ilustrasi pemeriksaan retina (eyemichigan.com)
Selain itu, perubahan retina pasien Alzheimer dan gangguan kognitif ringan lainnya juga terkait dengan tahap patologis penyakit Alzheimer (disebut tahap Braak) dan status kognitif para pasien. Bahkan, hal ini ditemukan di pasien yang terlihat normal atau dengan sedikit gangguan kognitif, sebagai tanda awal penurunan kognitif di masa depan.
Setuju dengan Maya, sang rekan peneliti, Yosef Koronyo, MSc., mengatakan bahwa retina adalah "perpanjangan tangan" otak. Oleh sebab itu, retina seharusnya membuka kesempatan untuk mengembangkan metode pemantauan baru terhadap sistem saraf pusat secara non invasif dengan harga lebih terjangkau.
"Dengan bantuan rekan kami, kami menemukan akumulasi protein beracun di retina pasien penyakit Alzheimer dan gangguan kognitif ringan yang menyebabkan degenerasi sel parah," tutur Yosef.
Rekan peneliti, Keith L. Black, MD., mengatakan bahwa temuan penelitian ini memberi pemahaman lebih dalam terhadap efek penyakit Alzheimer terhadap retina. Demikian, penelitian ini menjadi bukti bahwa mata bisa menolong diagnosis dini Alzheimer. Kalau sudah memengaruhi memori dan perilaku, maka sudah terlampau parah.
"Karena perubahan ini sesuai dengan perubahan di otak dan bisa dideteksi di tahap gangguan paling dini, ini bisa menjadi dasar metode diagnosis baru penyakit Alzheimer dan sarana untuk mengevaluasi bentuk perawatan lebih baru," tandas Keith.