Gigitan Ular Berbisa Harus Diikat Kuat, Mitos atau Fakta?

Beberapa wilayah di Indonesia mungkin masih ditemukan habitat ular berbisa. Ini membuat beberapa orang yang tinggal berdekatan dengan habitat ular berbisa menjadi lebih rentan mengalami gigitan ular.
Sebagian orang mungkin pernah mendengar bahwa luka akibat gigitan ular berbisa harus diikat dengan kuat. Tidak jarang pula orang mempercayai dan mempraktekkannya ketika mengalami gigitan ular. Namun, benarkah gigitan ular berbisa harus diikat dengan kuat? Berikut pembahasannya!
1. Benarkah gigitan ular berbisa harus diikat kuat?
Penanganan ular berbisa sering kali dipahami dengan cara mengikat bekas gigitan ular, tujuannya agar racun ular tidak menyebar ke seluruh tubuh. Namun, anggapan bahwa pertolongan pertama gigitan ular berbisa dengan cara mengikat daerah luka adalah hoaks. Hal ini dijelaskan di laman Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Dijelaskan bahwa tindakan mengikat bagian bekas gigitan ular adalah salah, bahkan tindakan tersebut tidak membantu sama sekali. Sebab, racun dari ular tetap bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dan Mayo Clinic juga melarang penggunaan tourniquet ketika menangani luka bekas gigitan ular.
Untuk mengatasi gigitan ular berbisa yaitu dengan cara membuat bagian tubuh yang terkena gigitan tidak bergerak, misalnya menggunakan kayu, kardus, atau benda yang bersifat kaku. Ini bertujuan untuk menunda racun menyebar ke bagian tubuh lain.