ilustrasi hipertiroidisme (scientificanimations.com)
Penyebab paling umum hipertiroidisme adalah riwayat penyakit Graves. Menurut sebuah laporan dalam jurnal Medicina tahun 2019, ada laporan sebuah kasus penyakit Graves yang dialami oleh perempuan yang saat itu berusia 16 tahun.
Perempuan tersebut mendatangi Rumah Sakit Umum Sanglah, Bali, dengan keluhan mengalami benjolan yang tidak terasa sakit di lehernya. Benjolan ini berukuran sebesar telur, tetapi pasien tersebut tidak memiliki kesulitan dalam menelan dan tidak ada perubahan suara. Namun, ia mudah merasa lelah dan kurang konsentrasi.
Setelah melalui beberapa pemeriksaan, pasien tersebut terdiagnosis penyakit Graves yang berkaitan dengan tiroid.
Selain itu, berdasarkan laporan dalam Jurnal Medula tahun 2016, penyakit Graves terjadi pada 0,5 persen populasi dan sebagian besar dialami perempuan yang merupakan penyebab tersering hipertiroidisme, yaitu 70 hingga 80 persen dari kasus hipertiroidisme.
Selain itu, mengutip MedlinePlus, penyebab hipertiroidisme lainnya juga meliputi:
- Nodul tiroid, yaitu benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid di leher. Umumnya benjolan ini jinak (bukan kanker). Namun, bisa jadi terlalu aktif dan menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Nodul tiroid lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
- Tiroiditis, yaitu inflamasi pada tiroid. Kondisi ini menyebabkan hormon tiroid yang tersimpan bocor keluar dari kelenjar tiroid.
- Terlalu banyak yodium. Yodium ditemukan dalam beberapa obat, sirop obat batuk, rumput laut, dan suplemen berbasis rumput laut. Asupan yodium yang terlalu tinggi bisa membuat tiroid memproduksi hormon tiroid.
- Terlalu banyak obat-obatan tiroid. Ini bisa terjadi bila seseorang mengonsumsi obat hormon tiroid untuk hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif) terlalu banyak.
Selain itu, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertiroidisme di antaranya:
- Riwayat kesehatan dalam keluarga, terutama penyakit Graves.
- Jenis kelamin perempuan.
- Riwayat pribadi penyakit kronis tertentu, seperti diabetes tipe 1, anemia pernisiosa, dan insufisiensi adrenal primer.