Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pasien gagal jantung lansia yang rapuh secara sosial cenderung lebih berisiko kambuh atau wafat. (unsplash.com/Red John)

Mendengar penyakit "gagal jantung", mungkin yang tebersit dalam pikiran kamu adalah kondisi jantung yang umumnya dialami lansia. Meski pengobatan sudah berkembang dan kesadaran akan kesehatan jantung meningkat, nyatanya angka kasus gagal jantung masih tinggi.

Percayakah kamu kalau terlalu sering menyendiri tidak baik? Nyatanya, sebuah studi terbaru menemukan bahwa kerapuhan hubungan sosial, dari keluarga hingga sahabat, ternyata bisa berdampak ke potensi pemulihan pasien gagal jantung.

Melibatkan ratusan pasien jantung lansia

ilustrasi serangan jantung (freepik.com/freepik)

Data tentang faktor fisik dan efek rehabilitasi jantung pada pasien gagal jantung sudah umum tercatat. Namun, faktor sosial masih belum jelas. Dimuat dalam jurnal Frontiers in Cardiovascular Medicine pada 20 Desember 2022, para peneliti Jepang ingin mengetahui bagaimana aspek sosial bisa memengaruhi pasien gagal jantung lansia.

Penelitian ini melibatkan 310 pasien gagal jantung berusia lebih dari 65 tahun yang dirawat di rumah sakit Sapporo pada 1 Maret 2015 sampai 31 Desember 2020. Untuk memastikan aspek sosial, para peneliti Jepang menggunakan metode lima pertanyaan Makizako, yang meliputi:

  1. Apakah kurang bepergian dibanding tahun lalu?
  2. Apakah mengunjungi sahabat?
  3. Apakah merasa sudah jadi pribadi yang menolong sahabat atau keluarga?
  4. Apakah hidup sendiri?
  5. Apakah berbincang setiap hari?

Jika pertanyaan 1 dan 4 dijawab "iya", dan pertanyaan 2, 3, dan 5 dijawab "tidak", maka ini adalah respons negatif. Aspek sosial negatif adalah jika respons negatif lebih dari dua kali.

Hasil: Rapuh secara sosial meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular hingga wafat

Editorial Team

Tonton lebih seru di