Menurut Michele, hasil penelitian ini menekankan pentingnya menyertakan analisis kecepatan jalan (yang mudah dan tak mahal) untuk menimbang risiko demensia. Terlihat dari hasil penelitian tersebut, kecepatan jalan dan pengukuran kemampuan daya ingat adalah kombinasi terbaik untuk menakar risiko demensia terhadap lansia.
Mengapa para dual decliner berisiko paling tinggi mengembangkan demensia? Hal ini kemungkinan besar dikarenakan kecepatan jalan mencerminkan fungsi kognitif lain, seperti fungsi eksekutif. Menurut Alzheimer's Society, jalan yang lambat bisa menandakan kurangnya aktivitas fisik, obesitas, hingga diabetes, yang merupakan beberapa faktor risiko demensia.
"Penurunan kecepatan jalan kemungkinan besar adalah akumulasi dari penyakit kronis dan efeknya terhadap otak," imbuh Michele, dilansir Verywell Health.
Selain itu, kegiatan berjalan memang berkaitan dengan pengaruh otak. Selain memori atau perhatian, fungsi jasmani seperti berjalan kaki bisa menjadi penanda kondisi otak, terutama demensia.