Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Demensia: Gejala, Penyebab, Jenis, Diagnosis, Pengobatan

ilustrasi demensia (pexels.com/Kindel Media)

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Lilie Lalisang, SpN

Ada laporan kasus seorang laki-laki remaja usia 19 tahun yang mulai mengalami kehilangan ingatan secara bertahap dan kesulitan berkonsentrasi pada usia 17 tahun. Ia tidak dapat mengingat di mana ia meletakkan barang-barangnya atau apa yang telah terjadi pada hari sebelumnya, serta kesulitan membaca dan mengalami ganggguan ingatan yang parah. Para peneliti melakukan pengujian dan mendiagnosisnya dengan kemungkinan penyakit Alzheimer. Laporan kasus ini diterbitkan dalam Journal of Alzheimer's Disease pada Desember 2022.

Dari kasus di atas, bisa disimpulkan bahwa demensia adalah kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup, kemampuan bersosialisasi, dan aktivitas sehari-hari pasiennya.

Lantas, apa itu demensia? Apa saja gejala dan penyebabnya yang harus dikenali? Yuk, simak ulasannya di bawah ini!

1.Apa itu demensia?

Demensia adalah penyakit degeneratif yang bersifat progresif, yang disebabkan kerusakan sel saraf otak yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, serta dapat disertai perubahan perilaku yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Fungsi kognitif mempunyai lima domain: atensi, memori, bahasa, visuospasial, dan fungsi eksekutif. Jadi, demensia bukanlah sebuah penyakit tunggal, melainkan istilah untuk menggambarkan sekumpulan gejala yang mengganggu fungsi kognitif otak.

Sering dikaitkan dengan kondisi pikun, tetapi sebetulnya tidak semua orang yang pikun (sering lupa) mengalami demensia.

Pikun adalah penurunan daya ingat yang umumnya disebabkan oleh usia yang menua.

Tingkat keparahan demensia berbeda-beda, dari ringan hingga berat. Pada kasus yang berat, demensia bisa mengubah perilaku seseorang sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan terkadang dapat membahayakan orang tersebut maupun orang lain.

Penyakit yang menyerang otak ini bersifat progresif, yang artinya memburuk seiring berjalannya waktu.

Walaupun umumnya memengaruhi lansia, tetapi demensia bukanlah bagian normal dari penuaan. Pada tahun 2021, diperkirakan 57 juta orang di dunia memiliki demensia, lebih dari 60 persen di antaranya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap tahun, ada hampir 10 juta kasus baru, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum dan dapat berkontribusi pada 60–70 persen kasus.

Demensia adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan di kalangan lansia. Kondisi ini juga memiliki dampak fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi yang tak hanya dirasakan oleh orang yang hidup dengan kondisi ini, tetapi juga pengasuhnya, keluarga, dan masyarakat luas.

2.Penyebab

ilustrasi demensia (pexels.com/Kindel Media)

Secara umum, demensia disebabkan oleh kerusakan atau hilangnya sel saraf dan koneksinya di otak. Meski begitu, setiap orang bisa mengalami tingkat keparahan dan gejala yang berbeda, tergantung area otak yang mengalami kerusakan.

Penyebab paling umum demensia meliputi:

  • Penyakit neurologis degeneratif, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, dan beberapa jenis multiple sclerosis. Penyakit ini makin parah seiring waktu.
  • Gangguan pembuluh darah. Kondisi ini memengaruhi sirkulasi darah di otak.
  • Cedera otak traumatis, misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, gegar otak, dan sebagainya.
  • Infeksi pada sistem saraf pusat, seperti penyakit meningitis, HIV, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob.
  • Penggunaan alkohol atau narkotika dalam jangka waktu lama.
  • Jenis hidrosefalus tertentu, yaitu penumpukan cairan di otak.

Faktor fisik dan gaya hidup tertentu bisa bikin kamu berisiko lebih tinggi mengalami demensia, termasuk:

  • Usia.
  • Riwayat demensia dalam keluarga.
  • Penyakit seperti diabetes, sindrom Down, penyakit jantung, dan sleep apnea.
  • Depresi.
  • Merokok, penggunaan alkohol secara berlebihan, pola makan yang buruk, dan jarang atau tidak pernah olahraga.

3. Jenis

Ada beberapa jenis demensia:

  • Penyakit Alzheimer, ditandai dengan "plak" di antara sel-sel yang sekarat di otak dan "kekusutan" di dalam sel (keduanya disebabkan oleh kelainan protein). Jaringan otak pada pasien Alzheimer makin sedikit sel saraf dan koneksi, dan ukuran otak total menyusut.
  • Demensia Lewy body, kondisi neurodegeneratif yang terkait dengan struktur abnormal di otak. Perubahan otak melibatkan protein yang disebut alpha-synuclein.
  • Demensia kombinasi, mengacu pada diagnosis dari dua atau tiga jenis yang terjadi bersamaan. Misalnya, seseorang mungkin menunjukkan penyakit Alzheimer dan demensia vaskular pada saat yang bersamaan.
  • Penyakit Parkinson, juga ditandai dengan adanya demensia Lewy body. Meskipun sering dianggap sebagai gangguan pergerakan, tetapi penyakit Parkinson juga dapat menyebabkan gejala demensia.
  • Penyakit Huntington, dicirikan dengan jenis gerakan tertentu yang tidak terkontrol, serta termasuk demensia.

Gangguan lain yang dapat menyebabkan gejala demensia meliputi:

  • Demensia frontotemporal, yang juga dikenal sebagai penyakit Pick.
  • Hidrosefalus tekanan normal, yang terjadi saat kelebihan cairan serebrospinal menumpuk di otak.
  • Atrofi kortikal posterior menyerupai perubahan yang terlihat pada penyakit Alzheimer, tetapi di bagian otak yang berbeda.
  • Sindrom Down meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit Alzheimer pada usia muda.

4. Tahapan gejala

ilustrasi demensia (unsplash.com/Tessa Rampersad)

Demensia memengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda, bergantung pada dampak penyakit dan kepribadian seseorang sebelum sakit.

Tanda dan gejala yang terkait dengan demensia dapat dipahami dalam tiga tahap.

Pada tahap awal, gejala demensia sering terlewatkan karena onset-nya (gejala awal) bertahap. Gejala umum termasuk:

  • Sering lupa.
  • Lupa waktu.
  • Tersesat di tempat yang sudah dikenal.

Pada tahap menengah, saat berkembang ke tahapan selanjutnya, tanda dan gejalanya akan lebih jelas dan lebih membatasi, termasuk:

  • Lupa akan peristiwa yang baru dialami dan nama-nama orang.
  • Tersesat di rumah.
  • Peningkatan kesulitan dalam berkomunikasi.
  • Butuh bantuan dengan perawatan pribadi.
  • Mengalami perubahan perilaku, termasuk suka keluyuran dan bertanya berulang-ulang.

Pada tahap akhir, terlihat ketergantungan dan ketidakaktifan yang hampir total. Gangguan ingatan serius dan tanda serta gejala fisik menjadi lebih jelas, yang dapat meliputi:

  • Tidak sadar akan waktu dan tempat.
  • Kesulitan mengenali kerabat dan teman.
  • Peningkatan kebutuhan untuk perawatan diri.
  • Kesulitan dalam berjalan.
  • Mengalami peningkatan perubahan perilaku yang mungkin termasuk agresi.

5.Diagnosis

Pada tahap pertama, diagnosis dilakukan dengan melakukan tes, melalui beberapa pertanyaan yang diajukan oleh dokter kepada pasien dan keluarga pasien, serta melakukan pemeriksaan fisik. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kognitif.

Tes penapisan (screening) yang paling sering digunakan adalah mini mental state examination (MMSE). Ada juga tes lainnya seperti Montreal Cognitive Assessment (MoCA), clock drawing test (CDT), dan lainnya.

Pemeriksaan penunjang juga diperlukan, seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, seperti CT scan atau MRI kepala.

6.Risiko komplikasi

ilustrasi demensia (pexels.com/Kindel Media)

Demensia sering kali memengaruhi aktivitas harian pasien. Dalam beberapa kasus, pasien berisiko mengalami komplikasi sebagai berikut:

  • Malnutrisi: Banyak pasien akhirnya mengurangi atau berhenti makan, sehingga memengaruhi asupan gizi yang diperolehnya.
  • Radang paru-paru: Demensia juga menimbulkan kesulitan dalam menelan, sehingga mampu meningkatkan risiko tersedak atau menyedot makanan ke dalam paru-paru, yang dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
  • Kesulitan dalam merawat diri: Karena ada sel saraf yang terganggu, demensia dapat menyebabkan kesulitan saat mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi, menggunakan toilet, dan minum obat secara akurat.
  • Keamanan: Dalam beberapa situasi sehari-hari, demensia dapat menghadirkan masalah keamanan, termasuk dalam mengemudi, memasak, dan berjalan sendirian.
  • Kematian: Demensia stadium akhir menyebabkan koma dan kematian. Ini sering kali terjadi karena adanya infeksi.

7.Pengobatan

Pengobatan demensia akan tergantung pada penyebabnya.

Dalam kasus demensia yang paling progresif, termasuk penyakit Alzheimer, sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan. Pengobatan yang diberikan ditujukan untuk memperlambat progresivitas, mempertahankan kualitas hidup, dan mengobati penyakit-penyakit penyerta pasien. 

8.Pencegahan

ilustrasi lansia (pexels.com/Tristan Le)

Tidak ada cara pasti untuk mencegah demensia. Namun, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan, seperti:

  • Jaga pikiran tetap aktif dengan melakukan aktivitas yang merangsang mental seperti membaca, menyelesaikan puzzle, permainan kata, dan latihan daya ingat dapat menunda timbulnya demensia dan mengurangi efeknya.
  • Aktif secara fisik dan sosial. Keduanya dapat memperlambat gejala awal demensia dan menurunkan gejalanya. Targetkan olahraga rutin 150 menit per minggu. 
  • Berhenti merokok. Beberapa studi menunjukkan bahwa merokok pada usia paruh baya dan seterusnya dapat meningkatkan risiko demensia dan kondisi pembuluh darah (vaskular). Berhenti merokok dapat mengurangi risiko dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
  • Cukupi asupan vitamin. Beberapa studi menemukan bahwa orang-orang dengan kadar vitamin D yang rendah dalam darah lebih mungkin mengembangkan penyakit Alzheimer dan berbagai bentuk demensia lainnya. Penuhi juga kebutuhan vitamin C dan B kompleks.
  • Kelola faktor risiko kardiovaskular. Obati tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan indeks massa tubuh (BMI) tinggi. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko beberapa jenis demensia. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah mengobati tekanan darah tinggi dapat mengurangi risiko demensia.
  • Mengelola stres atau manajemen stres yang baik. Konsultasi ke dokter apabila mengalami depresi atau kecemasan.
  • Terapkan pola makan sehat seimbang, misalnya seperti diet Mediterania yang tinggi asupan buah, sayur, biji-bijian utuh, dan asam lemak omega-3. Pola makan seperti ini juga bisa meningkatkan kesehatan kardiovaskular, yang dapat membantu mengurangi risiko demensia.
  • Pastikan tidurmu berkualitas. Konsultasi ke dokter bila kamu mengorok dengan keras atau ada periode henti napas saat tidur.

Itulah fakta seputar penyebab, gejala, jenis, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan demensia. Ingat, demensia bukan proses penuaan yang normal. Jika kamu atau orang di sekitarmu mengalami gejalanya, segera periksakan ke dokter. Cegah demensia dengan melakukan pola hidup yang aktif dan sehat.

Referensi

Jianping Jia et al., “A 19-Year-Old Adolescent With Probable Alzheimer’s Disease1,” Journal of Alzheimer's Disease 91, no. 3 (December 20, 2022): 915–22, https://doi.org/10.3233/jad-221065.
"Dementia." World Health Organization. Diakses Mei 2025.
"Dementia." WebMD. Diakses Mei 2025.
"What is dementia? Symptoms, stages, types, and more." Medical News Today. Diakses Mei 2025.
"What is Dementia?" Alzheimer's Association. Diakses Mei 2025.
"Dementia." Mayo Clinic. Diakses Mei 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Wendy Novianto
3+
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us