ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)
Dilansir BuzzRx, berikut adalah beberapa contoh obat yang diketahui bisa berinteraksi dengan kafein.
- Efedrin: Karena kafein dan efedrin adalah stimulan, mengonsumsi keduanya dapat menyebabkan efek samping yang serius, termasuk peningkatan detak jantung, tekanan darah tinggi, dan masalah jantung dalam jangka panjang.
- Obat jantung: Kafein dapat menghalangi kerja adenosin dan dipyridamole (adalah obat resep yang digunakan selama pengujian stres jantung) serta membuatnya kurang efektif. Karena interaksi obat ini, dokter mungkin meminta kamu untuk menghentikan konsumsi kopi dan produk yang mengandung kafein lainnya 24 jam sebelum tes stres jantung.
- Obat antikejang: Kafein dapat menurunkan efek obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kejang. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kejang pada beberapa orang. Contoh obat kejang yang mungkin kurang efektif jika dikonsumsi bersamaan dengan kafein meliputi carbamazepine, ethosuximide, felbamate, phenobarbital, phenytoin, dan valproate.
- Antikoagulan dan obat antiplatelet: Kafein dapat mencegah pemecahan antikoagulan seperti warfarin dan meningkatkan kadar obat-obatan ini dalam darah, yang menyebabkan peningkatan risiko pendarahan. Oleh karena itu, mengonsumsi kafein dengan antikoagulan dapat memperlambat pembekuan darah dan meningkatkan risiko memar dan pendarahan.
Beberapa obat dapat mengurangi penghilangan kafein
Interaksi obat dengan obat tertentu dapat memengaruhi metabolisme kafein dalam tubuh, yaitu seberapa cepat kafein dipecah dan dihilangkan. Mengonsumsi obat-obatan ini dengan kafein dapat meningkatkan “caffeine buzz”, yang dapat menyebabkan peningkatan risiko efek samping seperti sakit kepala, kegelisahan, mudah tersinggung, hiperaktif, dan peningkatan detak jantung.
Contoh obat yang dapat meningkatkan efek kafein meliputi antibuotik kuinolon seperti: levofloxacin, ciprofloxacin, dan moxifloxacin; cimetidine; disulfiram; estrogen seperti pada pil KB; antidepresan seperti fluvoxamine; verapamil.
Efek kafein terhadap penyerapan obat
Kafein meningkatkan sekresi asam lambung dan dapat menyebabkan penurunan pH lambung dan perubahan fungsi saluran cerna. Hal ini dapat memengaruhi penyerapan obat-obatan tertentu.
Sebagai contoh, minum 2–3 cangkir kopi dapat mengurangi penyerapan midazolam sebesar 75 persen (obat ini digunakan untuk sedasi selama anestesi). Sebaliknya, meminum dua cangkir kopi dengan dosis aspirin 650 mg dapat meningkatkan penyerapan aspirin secara signifikan.
Obat lain yang penyerapan dan bioavailabilitasnya dapat dipengaruhi oleh kafein meliputi: obat antipsikotik seperti fenotiazin dan klorpromazin; halofantrin (antimalaria); ergotamin (obat migrain).
Meningkatnya efek samping akibat interaksi kafein dan obat
Konsumsi kafein dapat menurunkan kecepatan tubuh mengurai dan menghilangkan obat-obatan tertentu. Hal ini dapat meningkatkan efek obat dan meningkatkan risiko efek samping.
Contoh obat yang dapat meningkatkan efek dan lebih banyak efek samping dengan kafein antara lain: clozapine (obat antipsikotik); litium (penstabil suasana hati untuk gangguan bipolar); antidepresan MAOI seperti phenelzine, tranylcypromine, dan selegiline; riluzole (obat untuk pasien ALS); teofilin (obat untuk mengobati sesak napas dan mengi akibat penyakit paru-paru); flutamide (obat untuk kanker prostat).
Beberapa obat tidak boleh dikonsumsi dengan kafein. Interaksi antara minuman berkafein dan beberapa obat dapat menimbulkan efek yang berpotensi berbahaya, seperti membuat obat menjadi kurang efektif, memperburuk kondisi, meningkatkan risiko efek samping, atau meningkatkan efek stimulan kafein.
Apabila tidak yakin apakah obat kamu aman dikonsumsi bersama kopi atau sumber kafein lainnya, atau berapa lama jarak aman minum obat setelah minum kopi, tanyakan kepada dokter yang merawat atau apoteker dan ikuti instruksi mereka.