Lemak subkutan dan lemak viseral adalah dua jenis lemak perut.
Lemak perut subkutan
Lemak subkutan, atau jaringan adiposa subkutan (subcutaneous adipose tissue/SAT), adalah lemak yang letaknya tepat di bawah permukaan kulit. Ini adalah lemak lunak yang biasanya terlihat “bergoyang” di perut kalau disentuh atau dicubit.
Sebagian besar lemak di tubuh manusia, bahkan bisa sampai 90 persen, termasuk lemak subkutan. Lemak ini umumnya tersebar di area perut, punggung atas, bokong, dan paha.
Lemak subkutan tidak terlalu berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kronis karena jenis lemak ini tidak melekat langsung pada organ-organ vital di dalam tubuh. Namun, sebuah tinjauan riset pada tahun 2017 menemukan bahwa memiliki lebih banyak lemak subkutan di bagian tubuh atas ternyata berkaitan dengan:
Tekanan darah yang lebih tinggi.
Peningkatan kadar kolesterol LDL atau kolesterol jahat.
Kadar trigliserida dan gula darah yang lebih tinggi.
Penurunan kadar kolesterol HDL atau kolesterol baik.
Secara umum, perempuan cenderung punya lebih banyak lemak subkutan dibanding laki-laki.
Lemak viseral
Berbeda dengan lemak subkutan, lemak viseral atau jaringan adiposa viseral (visceral adipose tissue/VAT) adalah lemak yang mengelilingi organ-organ penting seperti ginjal, hati, dan pankreas. Letaknya jauh lebih dalam di rongga perut, jadi kamu tidak bisa merasakannya hanya dengan mencubit perut.
Lemak viseral jauh lebih aktif secara metabolik dibanding lemak subkutan. Lemak ini punya lebih banyak sel, pembuluh darah, dan saraf, serta memproduksi hormon dan protein pemicu peradangan yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Contohnya, lemak viseral berkaitan dengan peningkatan resistansi terhadap hormon insulin. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuhmu tidak merespons hormon insulin dengan baik. Akibatnya, alih-alih menjaga kadar gula darah tetap stabil dan dalam batas sehat, kadar gula darah justru bisa meningkat. Jika dibiarkan, resistansi insulin bisa menyebabkan gula darah tinggi dan berujung pada diabetes tipe 2.
Selain itu, lemak viseral juga bisa memicu peradangan di seluruh tubuh, meningkatkan kadar lemak darah dan tekanan darah, sehingga memperbesar risiko penyakit metabolik dan jantung.
Jumlah lemak viseral memang lebih sedikit, hanya sekitar 6–20 persen dari total lemak tubuh. Namun, jenis lemak viseral ini dikenal luas berisiko bagi kesehatan.
Laki-laki umumnya lebih mudah menimbun lemak viseral dibanding perempuan, sehingga tubuh mereka sering berbentuk seperti apel ketika perut membesar. Sebaliknya, perempuan lebih sering menumpuk lemak di bagian bawah tubuh, sehingga bentuknya lebih mirip pir.
Pola distribusi lemak ini juga berubah seiring bertambahnya usia. Contohnya, perempuan sebelum menopause biasanya memiliki lebih banyak lemak subkutan di perut. Namun, setelah menopause, lemak viseral cenderung meningkat, sehingga risiko penyakit metabolik juga ikut naik.