Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi lobster (IDN Times/Misrohatun)

Intinya sih...

  • Lobster dikenal sebagai makanan laut mewah, kaya akan nutrisi seperti protein, vitamin B12, zink, dan fosfor.
  • Kandungan kolesterol lobster lebih rendah daripada telur.
  • Meski menyehatkan, tetapi konsumsi lobster perlu dibatasi 1-2 kali per minggu untuk menghindari risiko paparan merkuri tinggi, terutama bagi ibu hamil.

Lobster telah lama dianggap sebagai makanan laut yang mewah, dikenal karena rasa dagingnya yang lembut dan gurih.

Selain menjadi hidangan istimewa, lobster juga kaya akan berbagai nutrisi penting yang mendukung kesehatan, seperti protein, vitamin B12, dan mineral penting, termasuk zink dan fosfor.

Namun, banyak orang masih ragu menikmati lobster karena khawatir akan kolesterolnya. Memang benar bahwa lobster mengandung kolesterol, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa tidak semua kolesterol berdampak negatif.

Ahli Gizi, Prof. Dr. Ir Ahmad Sulaeman, M.S menyebut bahwa tidak semua kolesterol jahat. Dia menjelaskannya di sela-sela acara "Jelajah Gizi 2024" di Banyuwangi, pada Selasa (06/11/2024).

Kolesterolnya tidak lebih besar dari telur

Ahli Gizi, Prof. Dr. Ir Ahmad Sulaeman, M.S (IDN Times/Misrohatun)

Lobster mengandung protein yang baik untuk dikonsumsi. Selain itu, ada juga zat besi yang tinggi untuk mengatasi anemia. Belum lagi kandungan asam lemak esensial di dalamnya serta untuk menjaga kesehatan tiroid.

Meski dikenal tinggi kolesterol, tetapi kandungannya lebih rendah dari telur. Sekitar 100 gram lobster memiliki sekitar 70–90 mg kolesterol, sedangkan satu butir telur (sekitar 50 gram) mengandung 186 mg kolesterol.

"Tidak ada teknik masak untuk mengurangi kolesterol. Makannya sertai dengan sayuran hijau yang tinggi serat seperti bayam atau sawi," jelas Prof. Sulaeman.

Meski sehat, tetapi lobster rentan terpapar merkuri

Makanan laut memang enak dan menyehatkan, tetapi masyarakat perlu berhati-hati karena beberapa mengandung merkuri, khususnya untuk ibu hamil.

"Ibu hamil jangan banyak-banyak, karena takut akan merkurinya. Itu merkurinya akan berbahaya untuk kesehatan janin," jelasnya.

Merkuri adalah logam berat yang secara alami terdapat di lingkungan, juga meningkat di laut akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan industri.

Ketika merkuri masuk ke laut, itu berubah menjadi metilmerkuri, yang dapat terakumulasi dalam tubuh hewan laut, termasuk lobster.

Merkuri berbahaya jika terakumulasi dalam tubuh dalam jumlah besar. Pada tingkat tinggi, merkuri dapat memengaruhi sistem saraf, fungsi otak, dan kesehatan janin pada ibu hamil.

Batasi konsumsi lobster

ilustrasi olahan lobster (IDN Times/Misrohatun)

Rekomendasinya, konsumsi lobster perlu dibatasi sekitar 1–2 kali per minggu untuk menghindari risiko paparan merkuri yang tinggi.

Selain itu, mengonsumsi lobster bersama dengan variasi makanan laut lainnya dapat membantu membatasi asupan merkuri secara keseluruhan.

Secara keseluruhan kandungan gizi lobster dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. Kolesterol dari makanan laut ini dapat dikonsumsi dalam batas wajar tanpa peningkatan risiko penyakit jantung.

Konsumsi lobster sebaiknya dibatasi, terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. Dengan porsi yang tepat, lobster tetap menjadi pilihan makanan sehat dan bergizi yang mendukung berbagai aspek kesehatan tubuh.

Editorial Team