Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seorang pria sedang batuk (freepik.com/8photo)

Kelenjar timus adalah organ kecil di bagian depan dada, di bawah bagian atas tulang dada. Ini merupakan bagian dari sistem limfatik dalam sistem kekebalan tubuh. Kelenjar timus menghasilkan sel darah putih yang disebut limfosit, yang membantu tubuh untuk melawan infeksi.

Kanker timus terjadi saat sel kanker terbentuk di permukaan luar timus. Menurut National Cancer Institute, pertumbuhan sel kanker di lapisan terluar timus disebut dengan thymic epithelial tumor (TET). Dilansir Medical News Today, dua jenis utama TET:

  • Timoma: Sel kanker timoma terlihat mirip sel timus biasa. Mereka tumbuh perlahan dan jarang menyebar ke luar timus. 
  • Karsinoma timus: Sel-sel kanker ini terlihat sangat berbeda dengan sel timus biasa. Mereka tumbuh lebih cepat dan berpotensi lebih besar untuk menyebar ke luar timus. Sekitar 1 dari 5 TET adalah karsinoma timus. 

Kanker timus jarang terjadi. Seseorang lebih mungkin mengembangkannya jika memiliki penyakit lain, seperti myasthenia gravis, lupus, atau artritis reumatoid. 

Terkadang, kanker timus tidak menimbulkan gejala. Di lain waktu, kanker timus bisa menyebabkan batuk yang tidak kunjung sembuh, kesulitan bernapas, dan nyeri dada.

1. Penyebab

ilustrasi sel kanker (freepik.com/wirestock)

Semua kanker terjadi saat sel berkembang secara tidak normal. Mereka kemungkinan tumbuh terlalu cepat, berkembang biak terlalu mudah, atau hidup terlalu lama. Perkembangan sel yang tidak normal berasal dari perubahan genetik. Beberapa orang dilahirkan dengan perubahan genetik penyebab kanker, sementara yang lain mendapatkannya selama hidup. 

Dokter tahu apa yang mendorong perubahan genetik penyebab kanker untuk beberapa jenis kanker, tetapi tidak untuk TET (kanker timus). Para ilmuwan juga tidak yakin tentang faktor risiko TET. Menurut American Cancer Society, penelitian belum mengungkapkan faktor risiko gaya hidup atau lingkungan terkait TET. Banyak faktor demografis, seperti jenis kelamin, juga tampaknya tidak relevan dengan risiko TET. 

Dilansir Medical News Today, ada dua faktor risiko TET yang diketahui:

  • Usia: TET menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia. Kanker ini paling umum pada orang yang berusia 70-an. 
  • Etnisitas: Di Amerika Serikat, TET paling sering terjadi pada keturunan Asia dan kepulauan Pasifik, paling jarang terjadi pada orang kulit putih dan Latin.

2. Gejala

Editorial Team

Tonton lebih seru di