Sindrom Crouzon adalah kelainan genetik langka yang ditandai dengan kraniosinostosis, yang mengakibatkan kelainan bentuk tengkorak dan wajah.
Pada kondisi ini, batas yang menghubungkan tulang tengkorak (jahitan) menutup lebih awal dari biasanya. Fusi awal tengkorak ini merupakan ciri khas dari sekelompok kondisi yang disebut dengan kraniosinostosis.
Menurut sebuah laporan dalam Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry tahun 2013, sindrom Crouzon menyumbang sekitar 4,8 persen dari seluruh kasus kraniosinostosis.
Tergolong langka, dilansir MedlinePlus, sindrom ini memengaruhi sekitar 1 dari 16 juta bayi baru lahir. Tanda-tandanya bisa dimulai pada beberapa bulan pertama kehidupan pertama bayi dan berlanjut hingga usia 2-3 tahun. Sindrom Crouzon melibatkan sistem muskuloskeletal tubuh yang meliputi tulang, otot, persendian, dan tulang rawan.
Bayi dengan penyakit langka ini kemungkinan memiliki ciri fisik yang kurang berkembang atau ukurannya tidak normal. Jika efek fisik dari kondisi ini menyebabkan defisit kognitif, biasanya bisa disembuhkan dengan operasi (misalnya untuk mengurangi tekanan pada otak).
Anak-anak dengan sindrom Crouzon biasanya memiliki perkembangan kognitif yang normal. Namun, anak-anak yang lahir dengan kondisi ini juga bisa memiliki kondisi genetik atau perkembangan lain yang memengaruhi kognisi dan kecerdasan.