Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pj Ketua PKK Jateng Shinta Sudjana saat memberikan tetesan imunisasi polio kedua kepada siswa di Pemalang.
Pj Ketua PKK Jateng Shinta Sudjana saat memberikan tetesan imunisasi polio kedua kepada siswa di Pemalang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Intinya sih...

  • Indonesia resmi mengakhiri KLB polio tipe 2 setelah dua tahun respon intensif dan tidak ditemukannya virus sejak Juni 2024.

  • Hampir 60 juta dosis imunisasi tambahan diberikan, diikuti penguatan surveilans acute flaccid paralysis dan peningkatan cakupan dosis kedua vaksin polio inaktif (IPV).

  • Kemenkes berkomitmen menjaga Indonesia bebas polio melalui imunisasi rutin, vaksin heksavalen, dan kerja sama lintas sektor.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Indonesia resmi mengakhiri Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2, wabah yang muncul akibat rendahnya cakupan imunisasi polio dalam beberapa tahun terakhir. Hampir 60 juta dosis imunisasi tambahan diberikan kepada anak-anak selama respons KLB berlangsung.

Sejak Juni 2024, tidak lagi ditemukan virus polio pada anak maupun di lingkungan. Situasi ini menjadi dasar bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyatakan KLB polio tipe 2 resmi berakhir pada 19 November 2025.

“Kita berhasil menghentikan penyebaran polio di Indonesia berkat dedikasi tenaga kesehatan, komitmen orang tua dan seluruh anggota masyarakat agar anak-anak diimunisasi, serta dukungan mitra. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan. Kita harus terus bekerja sama agar polio tidak kembali dengan memastikan semua anak menerima imunisasi polio lengkap sesuai usia,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, di Jakarta, Jumat (21/11), mengutip rilis.

Namun, Menkes Budi menegaskan pekerjaan belum selesai. “Kita tidak boleh berpuas diri. Risiko polio masih ada, terutama dengan adanya kesenjangan cakupan imunisasi di beberapa provinsi di Indonesia,” tambahnya.

Dari sudut pandang internasional, keberhasilan ini dinilai sebagai langkah penting bagi kawasan Pasifik Barat. “Saya mendorong seluruh 38 negara dan wilayah di Pasifik Barat untuk tetap waspada. Suatu hari nanti, polio hanya tinggal sejarah. Sampai saat itu tiba, kita harus melanjutkan imunisasi,” ujar Dr. Saia Ma'u Piukala, Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat.

KLB terjadi sejak bulan Oktober 2022, saat kasus pertama dilaporkan dari Aceh. Dalam dua tahun berikutnya, kasus juga ditemukan di provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Kasus cVDPV2 (varian virus polio) terakhir terkonfirmasi di Papua Selatan pada 27 Juni 2024.

Upaya vaksinasi dan penguatan surveilans

ilustrasi pemberian vaksinasi polio. (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)

Respons Indonesia terhadap KLB dilakukan melalui dua putaran imunisasi tambahan menggunakan vaksin nOPV2 sejak akhir 2022 hingga triwulan ketiga 2024. Secara bersamaan, cakupan imunisasi rutin turut meningkat—anak yang menerima dosis kedua vaksin polio inaktif (IPV) naik dari 63 persen pada 2023 menjadi 73 persen pada 2024.

Untuk mempercepat cakupan imunisasi, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) juga mulai memakai vaksin heksavalen, yang menggabungkan DPT-HB-Hib dan IPV dalam satu suntikan. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap enam penyakit sekaligus (polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta pneumonia dan meningitis akibat infeksi Haemophilus influenza tipe B), mengurangi jumlah suntikan, serta menghemat waktu dan biaya. Program dimulai pada Oktober 2025 di DIY, NTB, Bali, serta enam provinsi di Tanah Papua, dengan pelaksanaan secara nasional direncanakan pada tahun depan. 

Di sisi lain, surveilans acute flaccid paralysis (AFP) ikut diperkuat. Deteksi kasus menjadi lebih sensitif, kualitas spesimen meningkat, dan investigasi dilakukan lebih cepat. Berbagai penilaian independen melalui Outbreak Response Assessment (OBRA) pada 2023, 2024, dan 2025 menyimpulkan Indonesia telah menjalankan respons KLB sesuai standar global dan berhasil memastikan tidak ada kasus baru.

Pencapaian ini lahir dari kerja sama lintas pihak, mulai dari pemerintah pusat dan daerah hingga mitra internasional seperti WHO, UNICEF, UNDP, CHAI, dan Rotary International. Kemenkes menegaskan komitmennya untuk menjaga Indonesia tetap bebas polio melalui penguatan imunisasi rutin, perbaikan surveilans, kolaborasi lintas sektor, dan dukungan masyarakat.

Editorial Team